JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan

PUNCAK KOSAKORA

JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA
Puncak Kosakora 

Adalah destinasi wisata, yang akhir-akhir ini menjadi tempat yang populer dikalangan anak muda. Apalagi dengan mulai boomingnya media sosial yang masih eksis sampai dengan hari ini.

Pun, di era digital seperti saat ini, untuk mencari Lokasinya sendiri tidak seribet sebelum adanya Teknologi Google Maps seperti sekarang, yang tinggal buka maps dan memasukan keyword : Puncak Kosakora maka dalam sekian detik akan ditujukan lokasinya. SImple beud kan.








Tapi, secanggih apapun teknologi tersebut, pada dasarnya adalah buatan manusia yang pastinya selalu ada kekurangannya, Misal: menyesatkan. hheehehe.


Baca dulu artikel menarik lainnya :

Mungkin pembaca disini bisa dengan cepat mengetahui lokasinya, tapi belum tentu keadaan sebenarnya. Makan dari itulah, artikel seperti inilah yang pembaca butuhkan 😉

Aku sendiri dapat informasi tentang kosakora dari teman sekantor. Bu Sek. Namanya aslinya Sekar dan seperti ibu-ibu bendahara yang galak. Jadilah nama panggilan nya menjadi BuSek (Ibu Sekar). hahaha.

CATATAN PERJALANAN

berangkat sendiri? Wanih....

Setelah aku tahu bahwa hari selasa adalah hari libur. Segera aku manfaatkan untuk pergi ke Berkelana. Berbekal info dari busek, serta beberapa informasi dari dedek Gogel. Malam itu juga aku langsung gas kesana. Sendirian.

Gag mungkin juga ngajak temen. Secara, acaranya mendadak. Apalagi gerimis, palingan juga gag ada yang mau. Ketimbang udah susah-susah mbribik buat ngajak tapi akhirnya di tolak. Mendingan dipendam aja yak. Kan sakit...

aku pribadi, Kalo ketemu kondisi begini mah, bawaannya gatel mulu kaki sama punggung. Bawaanya ingin jalan sambil bawa keril. heheh...

Seperti biasa ya ;
  1. Ba'da Ashar kepikiran,
  2. Ba'da Maghrib persiapan,
  3. Ba'da Isya sudah siap untuk berkegiatan.

Berangkat 

Jam 20:00, lebih dikitan lah, aku sudah meluncur ke Pantai Drini, dimana tempat tersebut adalah patokan ku, sebelum ke puncak kosakora.

Oh iya,  untuk menuju puncak kosakora sendiri, tidak seperti pada pantai-pantai pada umumnya. Yang habis turun dari mobil, langsung kelihatan pantainya.

Untuk menuju kosakora, harus berjalan kaki yang kurang lebih 45 menit an. Itupun jika tidak kesasar.

Jam 23:20an, aku udah sampai di parkiran pantai Drini.

Jurig Malam

yang pernah sekolah di SMP. Pastinya pernah tuh ngerasain yang namanya jurig malam. Semacam kegiatan malam, yang di minta untuk jalan sendirian. Kurang lebih seperti itulah kemarin.

Malam-malam, lewat jalan yang belum pernah ku lewati, sendirian, gerimis pula. MantabBetul dah. wkwkw

Ada mas-mas tukang parkir. Ceritanya aku jadi wartawan dadakan yang nanyain banyak pertanyaan yang aku rapel jadi satu pertanyaan.

"Mas, arah puncak kosakora?"

Mas tukang parkirnya juga gag mau kalah, ngasih banyak jawaban yang di rapel 1 kalimat juga

"Sana.."

Sambil menudingkan tangannya ke suatu arah. Arah tersebut menunjuk ke sebuah bukit kecil tapi kelihatan besar... ech.. bukan bukit ding,  tapi gundukan tanah yang besar.  Tapi sekilas tampak kecil. Ah,, mbuh lah.

Sik Penting Wani Sik (Yang penting berani dulu)

Daripada pusing mikirin itu. Langsung aku bergegas ke jalan setapak yang udah kelihatan dari kejauhan sembari mengeluarkan headlamp dari tas pinggangku.

Area parkiran adalah area terakhir yang diterangi oleh lampu. Setelah itu gelap enggak ada penerangan.

POS PENJAGAAN SEBERANG PARKIRAN PANTAI DRINI

Dag-Dig-Dug asik.

Berkelana sendiri, dan kali ini dimalam hari. Hatiku senang tapi sayangnya jomblo. wkwkwk

Jalan sendirian, melewati jalan setapak yang menanjak. Licin, tapi menyenangkan. Sesekali mempraktekan kungfu meringankan tubuh agar tak terpeleset. 

Sesampainya diatas. Ternyata,,, GELAP WOY. Tepat di depan hidungku, dengan minim penerangan aku bisa memperkirakan bahwa disana ada hamparan yang cukup luas. Ada siluet-siluet pohon, tumbuhan, dan perbukitan yang tampak jelas di kegelapan.

Kayak punya penghilatan kucing aja nih tiba-tiba. hahaha...

Dikejauhan, Ada kemerlip seperti lampu senter yang berada di atas perbukitan. Aku asumsikan itu adalah Puncak kosakara. Tapi masih jauh cuy.

Daripada bengong lama-lama, apalagi samping kanan kiri semak-semak yang bikin tambah horor jadi aku jalan lagi,

Jalan selangkah demi selangkah, kayak kodok. wekewekwekwek.. eh Kodok kan loncat yak..

Jalan setapaknya sedikit licin, dan terlihat becek. Berarti itu menandakan bahwa ada yang pernah lewat situ. Tapi itu tak menunjukan apapun karena pada faktanya, aku tetap jalan sendirian malam itu.

saking sepanengnya, Rasa-rasanya aku udah berjalan sangaaaaaat lama, tapi nggak nyampe-nyampe juga. Jangan-jangan ini lagi diikutin. Lalu aku buka HP dan mengecek jamnya. Healang baru 15 menit jalan cuy. Asem.

Jalan setapaknya ilang

Lampu kerlap-kerlip yang aku asumsikan diatas bukit itu. Aku jadikan sebagai arah Puncak Kosakora. Tanpa gogel mep (toh juga gag ada sinyalnya disonoh) aku bisa nyampe tanpa nyasar saat berjalan di tengah kegelapan.

Dari kejauhan, aku melihat ada segerombol orang yang kelihatannya juga lagi gag ada kerjaan. Mungkin karena jalan bercabang, ketika aku berjalan terus, semakin lama semakin mendekat. Dan akhirnya kami beberpapasan di ujung jalan yang bercabang.
JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | catper
Ini versi siangnya (kalau malam - gelap total euy
yah, sok kenal aja, Aku menyapa mereka, dan mereka juga membalas sapaku. Setelah itu... krik..krik..krik.. kami sama-sama membisu. 

Aku berjalan di depan. mereka mengikutiku dari belakang. Dan salah satu dari kami kembali membuka obrolannya. Melihat dari bahasanya, kayaknya nya mereka berasal dari Indonesia sama sepertiku. Setelah ngobrol asik, kami di landa kepanikan berjamaah. 

Jalan setapaknya ilang cuy. Diujungnya jalan setapak yang kami lalui ditumbuh rumput. Seperti rumput lapangan sepak bola.

Wadaw. Kami kira, karena keasyikan ngobrol, tanpa kami sadari sudah melewati jalan yang seharuSnya.

Tapi, dari patokan yang aku pake yaitu lampu yang aku gunakan sebagai arah, memang tidak melenceng. arah lampu masih ada di depan mukaku. Jadi emang kami nya yang benar, yang salah adalah jalan setapaknya. Ngapain juga habis di situ jalannya. Kami kan jadi bingung. Ternyata yang dibelakang ku juga sama-sama belum pernah kesini. wkwkwkw..

tapi sebenarnya, aku nggak sepanik itu seh.

Aku perhatikan sekitarnya. Kami seperti berada di hamparan padang rumput. Cuman mbayangin aja seh. lawong sejak tadi aku berjalan di jalan setapak, samping kanan kiri di tumbuhi rumput yang biasa dipake di lapangan sepak bola.

Ooo.. ternyata ada aktifitas, dan kebetulan tidak jauh dari tempat kami bengong sementara. Akupun hampiri mereka. Setelah aku dekati, ternyata memang benar, ada beberapa tenda yang berdiri disana. berdiri di tempat yang cukup datar. tak jauh dari situ, aku pun berinisiatif bertanya, ternyata itu adalah pantai Watu Kodok.

Sekilas aku perhatikan, pantai ini memiliki bibir pantai yang tidak terlalu luas. Malah bisa dikategorikan sempit. Dan dari awal, aku belum berminta kesitu. hehehe...


Lalu aku tanya arah Kosakora. Dengan murah hati, mereka menunjukan arah, persis seperti arahku sebelumnya

Aku melanjutkan perjalanan sendirian, karena rombongan yang aku temui sebelumnya, memilih untuk mendirikan tenda di pantai watu kodok.

Tengah malam lewat lembahan.

Jadi, aku harus jalan lagi. Kurang lebih 30 menit lagi untuk sampai ke Kosakora. 

Jalan yang di tunjukin anak-anak yang nge-camp di pantai Watu Kodok tadi, selain menunjukan arah, sebenarnya juga menunjukan jalannya. Hanya saja, masih ambigu gitu. Akhirnya, aku harus berinistif juga dan mengambil mengambil keputusan secara spontan untuk mencari jalan yang aku anggap benar.

"Enaknya berkelana sendiri, ketika melakukan tindakan spontan seperti ini, aku tidak harus memikirkan orang lain dan lebih leluasa bertindak sebagaimana kebiasaanku. Karena, aku hanya bertanggung jawab pada diriku sendiri"

Okelah, jalan sudah ditemukan.

penampakan jalan lembahan di waktu siang

Jalan yang aku anggap putus tradi, sebenarnya bukan jalan buntu, hanya saja jalanny sedikit meloncat. Karena jika sebelumnya aku terusin, juga langsung ketemu kok. Tadi aku hanya fokus ke jalan setapak yang tidak di tumbuhi oleh rumput. Jadi terkesan seperti buntu.

Namun, ada yang berbeda.

Sebelumnya, jalan setepak yang aku lalui, berupa tanah yang licin karena gerimis. Sedangkan yang baru aku temukan tersebut tanah berkerikil. Katanya "keri-keri nang sikil" kalau tak tahu artinya, boleh tuh ninggalin komentarnya. hehehe

Kemudian, jalan ini gag kalah horornya cuy. Tadi berupa hamparan yang kayaknya luas. Sedangkan ini, jalannya berada di tengah-tengah lembahan.

Bagi yang pernah menjelajah, atau berkegiatan di alam, pernah deh merasakan sunyinya di lembahan. Apalagi saat itu sudah mendekati tengah malam.

Aku coba tetap tenang, tidak kemrungsung, walaupun akhirnya tetap jalannya pake perseneling 4, wkwkwk...

Ketemu persimpangan di lembahan

Dilembahan ini, aku ketemu persimpangan lagi. Yaitu jalan bercabang ke arah kiri (sedikit nyerong) dan kekanan.

Jika orang yang pandai mengontrol diri. Dalam hal ini mereka akan tenang dalam mengambil keputusan.

Ditengan lembahan, tengah malam, sendirian. Umumnya orang yang mudah panik akan asal-asalan dalam memutuskan. Itulah kenapa, banyak para pendaki yang akhirnya tersesat semakin jauh dari jalan yang seharusnya.
"Yang namanya persiapan, bukan saja dari peralatan, tapi juga dari sisi mental dan pengetahuan.
Sebelum, berangkat ke Kosakora, Aku udah nyoba menganalisa dulu lewat google maps. Aku nyari point-point yang aku anggap penting. Seperti nih, Pantai, terus bentuk dari pantai itu sendiri, jalan yang bisa dan tak bisa di lewati kendaraan,dll.

Kemudian, aku dapat point penting, bahwa kosakora berada di sebelah timur Pantai Drini. Kenapa harus pantai Drini, karena pantai itu sering dipakai oleh wisata luar daerah sebagai tujuan liburannya.

Jadi, sekalipun pendatang yang tinggal di sekitar daerah tersebut, pastinya langsung mengenalnya.


Selain itu, aku berjalan sesuai petunjuk mas-mas tukang parkirnya, jadi pantai berada di sisi kananku.


Jadi, jika ketemu persimpangan. Kemungkinan besar ya jalur kanan. beda halnya kalau sejak awal nggak sadar kalo jalannya memutar.


Ini namanya navigasi darat. wkwkwk


Dari persimpangan itu, baru berjalan beberapa menit, aku sudah melihat seperti pemukiman dikejauhan. 



Langsung di sambut dua pemuda yang menarik retribusi. Dan posnya ini mah, masih kayak pos darurat, karena hanya ada meja, kursi serta beratapkan langit. Kemudian aku menyodorkan uang Rp.10.000,- kalau Enggak salah.

Oh iya, sempat ditanyain mau nginep disini atau enggak. Karena dari pos retribusi ini sudah kelihatan bibir pantai dengan pasirnya putih. Sangat terlihat meskipun di kegelapan. Berjejer tenda yang hampir memenuhi bibir pantainya.

Itu adalah pantai Ngrumput, sedangkan puncak kosakoranya, berada tepat diatasnya.

Aku memberikan isyarat bahwa aku akan ke kosakora, dan penjaga pos retribusi inipun mempersilahkan ku untuk melanjutkan perjalan.

Kemudian aku mengikuti petunjuk dari pemuda tadi, dan lagi-lagi aku dipalak lagi. hahaha

ada retribusi tambahan yang harus aku bayar karena mendaki ke puncak kosakora. Mungkin karena ramainya jadi dimanfaatkan warga untuk mencari tambahan. 

Aku sendiri tidak keberatan, asal di ikutin dengan fasilitas yang memadai saja. heheh..

Kemudian tepat tengah malam, aku sudah sampai di Puncak Kosakora.

Ternyata diatas juga sudah ada beberapa tenda yang berdiri. Dan masalah lain muncul. NGGAK ADA LAHAN DATAR UNTUK MENDIRIKAN TENDA CUY.

Adanya lahan miring, pun jika ada yang datar tak cukup untuk mendirikan tenda, sekalipun tendaku cukup mungil. yah disini, aku harus berfikir kreatif untuk memecahkan masalah ini. hehehe...

kemudian aku observasi, dan menemukan tempat yang cocok untuk mendirikan tenda.

JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


Mendirikan Tenda di tengah malam

Sendirian - sama siapa lagi. Orang dari rumah memang sendiriankan. Jomblo sih. Hahaha.

Baiklah, setelah mempertimbangkan lokasi mendirikan tenda segera aku buka keril ku yang mungil. Lantas aku ambil semua peralatan disana dan mengeluarkan tenda dan kawan-kawannya yang sengaja aku taruh di bagian paling bawah.

Tidak lebih dari 15 menit. Tenda pun sudah berdiri. Bukannya ahli lho ya. Hanya saja tenda sekarang tuh mudah sekali dalam pemasangannya. Kalau sudah beli tenda jaman sekarang dan masih saja kesulitan, waduh sudah dipastikan kalau itu tenda pinjamana. 😁

Ditengah malam itu, aku bermaksud melakukan apa yang pernah aku lakukan saat melakukan pendakian ke Gunung Ungaran disaat sampai di pos 3 - Pos Bukaan. Memasang tripod, memasang hape, dan mengambil gambar dengan menggunakan teknik ISO.

Hehehe. Ternyata gagal. 😂

Karena tidak banyak yang bisa aku lakukan. Kemudian aku segera beranjak tidur. Meskipun sayup-sayup aku masing mendengar banyak orang yang masih berdatangan ditengah malam begitu.

PEMANDANGAN DARI BUKIT KOSAKORA YANG LUAR BIASA

JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


***


ALBUM DARI Catatan Perjalanan MENUJU PUNCAK KOSAKORA



Bukit Kosakora


Bukit Kosakora


JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan





JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan






JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan





JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan









JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan


JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan




***


Selesai




anbusenja Seorang karyawan yang menyukai kegiatan menulis dengan tulisan garing.

Belum ada Komentar untuk "JURIT MALAM MENUJU PUNCAK KOSAKORA | Catatan Perjalanan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel