PENDAKIAN GUNUNG LAWU via JALUR CEMORO KANDANG | Catatan Perjalanan

PENDAKIAN GUNUNG LAWU via JALUR CEMORO KANDANG

"Janji yang harus di tepati"

(08 Oktober 2017)

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
PEMANDANGAN POS 4 JALUR CEMORO KANDANG


KILAS BALIK YA CUY.

Pendakian Yang Gagal

Tahun 2013 silam. Aku pernah mengajak saudara laki-lakiku mendaki ke gunung lawu ini. Saat itu dia masih MTs (sederajat dengan SMP) kelas 1 seingatku. Keinginanku mengajak dia kesini karena pernah terobsesi sejeka pendakian ke Gunung Blego pada tahun 2011. Waktu itu dia masih MI (Sederajat dengan SD).


Saat itu, belum kepikiran untuk melakukan pendakian gunung lawu via cemoro kandang. Yang aku tahu hanya lewat jalur cemoro sewu saja.





Baca : Pendakian Gunung Merbabu via Jalur Basecamp Wekas - Magelang


AKu pulang dari Jogja ke Magetan, sudah dengan niat sepenuh hati untuk mendaki. Peralatan pun sudah aku siapkan jauh-jauh hari. Mulai dari tenda, sepatu, logistik, jaket, dan segala macemnya. Apalagi kami juga sudah mendapat ijin oleh Mamak kami.



GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
2011 - PENDAKIAN GUNUNG BLEGO


Soal ijin ini, sudah aku jadikan budaya dan petunjuk bagiku. Dalam artian, jika mamak mengijinkan maka aku bisa berangkat dengan tenang. Dan segala yang terjadi saat berkegiatan, semata-mata karena takdirku memang seperti itu. Akan tetapi jikamamak tidak mengijinkan, maka aku tidak berani melangkah sedikitpun dari situ.

Itu aku lakukan, karena pada tahun 2007 aku pernah mendaki ke Lawu juga. Saat mau berangkat, aku tidak diijinkan oleh Mamak. Karena ngeyelan, akupun tetap berangkat. Saat perjalanan pulang, aku terjatuh dari motor. Tidak parah, hanya lecet saja. Seminggu kemudian aku sakit, dan diagnosa mengalami gejala Typus.


Oke, kembali...

Saat dirumah dan mau berangkat, aku sangat bisa merasakan kegembiraanya. Apalagi denganku yang seperti sedang mendapatkan hadiah mewah dari sebuah undian. Dan itu membuatku semakin bersemangat. Lalu kamipun berangkat dengan perasaan yang sama-sama senangnya.


Baca : Informasi Unik Seputar Gunung Lawu

Ketika tiba di basecamp Cemoro Sewu, tampak kabut yang sangat tebal. Tak pernah sedikitpun aku menyadari ketika kami berangkat kesini. Itu karena hal yang lumrah di sini. Begitu juga dengan gunung-gunung yang pernah jajaki sebelumnya.

Saat kami menghampiri loket retribusi. Justru papan dipintu masuklah yang menjadi perhatianku. Yang dari bawah kami membawa perasaan yang sangat cerah, seketika itu juga berubah menjadi sangat suram. Gerbang ditutup setengah, dan tertempel papan pengumuman

"JALUR PENDAKIAN GUNUNG LAWU - DITUTUP"

Itu Sakit cuy. Aku sendiri mengira kalau saudaraku tidak mengerti maksud dari papan pengumuman waktu itu. Bahkan aku pun tak berani melihat wajahnya. Akupun pura-pura duduk disamping loket retribusi. Berharap ada keajaiban terjadi.

Beberapa waktu kemudian, Saudaraku bertanya. "nyapo gag budal-budal ke", pertanyaan ya sebenarnya tidak ingin aku dengar darinya. Aku masih menganggap dia adalah adik kecil ku yang tak tahu apa-apa, jadi aku membalasnya dengan sangat berat hati "Sik yo cel, delit kas".

15 menit telah berlalu. Aku masih mondar-mandir di depan loket. GALAU dan DILEMA. Ada beberapa pendaki yang nekat naik. Yang leluasa melewati gerbang yang sedang tidak dijaga. Penjaganya sendiri berada di dalam basecamp yang berada tidak jauh dari pos pemberangkatan itu. Jadi, meskipun ada pengumuman ditutupnya jalur pendakian, para pendaki masih bisa melakukan pendakian dengan resiko yang sudah tampak didepan mata.

Bisa saja aku melakukan hal yang sama. Tapi aku sedang membawa saudaraku yang masih belum mapu beradaptasi dengan kondisi seperti itu.. Berangin dan berkabut. Dengan sangat berat hati, aku mengatakan ke adekku kalau pendakian kali itu, batal.

Mungkin karena adek ku saat itu masih polos, jadi dia nurut saja. Aku nya yang sangat merasa bersalah. Dan semenjak itu, aku sangat terobsesi untuk mengajak dia kembali mendaki ke Gunung Lawu lagi..


Baca juga : TEKNIK MELAKUKAN PACKING



KESEMPATAN KEDUA

Ajakan dari kawan seperjalanan.

Empat tahun kemudian yaitu tahun 2017, kesempatan kedua itu datang. Ada ajakan teman seperjalanan di beberapa trip sebelumnya. Namanya Lely. Lantas, aku nggak mau membuang kesempatan tersebut. Dengan sangat senang hati aku menerima tawaran itu. Setelah koordinasi dengan tim ku di kantor, dan seijin manajerku, aku pun segera konfirmasi ke Lely bahwa aku besedia untuk mengantarkannya.




Sebenarnya, sebelum ini aku sudah beberapa kali mencari waktu yang tepat untuk mengajak adekku untuk mendaki lagi ke Gunung Lawu. Tapi selalu terhalang oleh waktu dan kegiatan dari adek ku sendiri. Setelah ajakan ini pun, langsung aku tanyakan ke adekku, dan kebetulan dia bisa. Langsung aku bentuk grup whatshapp untuk keperluan koordinasi. 

Dan aku senang. hehehe..

Manajemen perlatan itu penting

Dalam pendakian ini, hampir 80% peralatan aku yang menyiapkan sekaligus menyediakan. Dari tenda, matras, kompor, peralatan masak, dan peralatan- peralatan lainnya.

Berat broo
Soal peralatan, biasanya emang aku lebih posesif dari yang lain. Karena selain keamanan, kenyaman dalam mendaki pun juga perlu dipertimbangkan. Karena mendaki bukan hanya naik, puncak, kemudian turun aja kan. hehehe...

Alasan lain, mungkin aku lebih senior kali ya. Jadi bawaanya pengen jadi guard bagi mereka. Aseek...

Hahaha.. nggak, bukan gitu. Karena disini, aku merasa yang paling sering mendaki ketimbang yang lain. Dan yang paling paham tentang medan ketimbang yang lain. Jadi karena itulah, aku harus mengambil sikap lebih dulu.

Alasan lain, yang kelihatannya sering mendaki ya aku sendiri. Bukan tidak percaya. Hanya saja, jika ngobrol sama teman yang sama-sama suka mendaki kan lebih enak. Lebih terarah lah arah ngobrolnya.

Temen-temen disini juga nggak terlalu pusing dengan hal itu. Yang ada, malah aku sendiri yang pusing, memikirkan itu semua Wkwkwkw.

Ini urusan menyediakan dan mempersiapkan alat lho. Kalau urusan bawa mah, yaaa... harus bagi rata lah. Ogah juga kalau harus bawa semua pas mulai mendaki. Berat lah brooo. Tapi, emang aku suka bawa bawaanya yang berat sih. Kalau cenderung enteng, suka ngebut. Wkwkwkw...

Pemahaman Mendaki dari sudut pandang ku pribadi

Dari sudut pandangku sendiri ya. Mendaki itu bukan asal mendaki, sampai puncak, foto foto kemudian turun lagi. ENggak... Enggak seperti itu. Kalo seperti itu mah, di rumah aja bisa kali. Tinggal naik atap rumah, foto, terus turun lagi. Sama kan ya hahahah....

Tapi untuk mendaki, prosesnya itulah yang menurutku paling nikmat. Bahkan tidak pernah aku rasakan di sepenuhnya pada kegiatan pada kehidupan sehari hari ku.

Mulai dari ;

  1. Perencanaan,
  2. Koordinasi,
  3. Persiapan,
  4. Packing,
  5. Menuju lokasi,
  6. Bertemu dengan tim,
  7. MULAI MENDAKI,
  8. BERISTIRAHAT,
  9. SUMMIT,
  10. Turun,
  11. dan Pulang.
Yang udah pernah mendaki, mungkin bisa nambahin tuh nikmatnya proses step by step nya. Hehehe...

Maka dari itu. Pada point diatas aku sangat memperhatikan peralatan tim maupun personal. Jika memang peralatan kurang. Setidaknya dari awal sudah melakukan tindakan antisipasi. Karena biasanya rencana itu selalu tidak sesuai pada kenyataannya. Adaaaa aja yang bikin melenceng. hehe


MULAI MENDAKI

MeetingPoint - MEPO

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Bakso di depan basecamp cemoro sewu
Oke. setelah peralatan sudah aman, packing juga sudah teratasi, aku dan adekku berangkat pakai motor Supra fit tahun mbahulak. Mungkin sekitar jam 8 pagi, kami start dari rumah kami yang berada di dekat perbatasan dengan Ponorogo.

Setidaknya, kami membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai ke BC Cemoro kandang. Bukan karena aksesnya. Tapi lebih ke akomodasinya. Hehehe.




Kami sepakat untuk bertemu di basecamp Cemoro Kandang. Tapi sebelum sampai BC Cemoro kandang, kami malah bertemu mereka di depan BC Cemoro Sewu. Hahaha.. Yaudah, kami menuju BC cemoro kandang barengan.

Untuk jalur pendakian nya nanti. Kami memilih naik via cemoro kandang, kemudian turun lewat cemoro sewu. Untuk itu salah satu motor kami, akan kami parkiran di Cemoro Sewu, dan sisanya di Cemoro Kandang. Jadi ketika kami sudah turun di basecamp Cemoro Sewu, kami tidak harus berjalan kaki lagi menuju cemoro kandang untuk mengambil kendaraan.

mendaki Dengan Sendal Jepit.

JAM 10 SIANG - Setelah proses pendataan identitas, bergegas kami berangkat. Awal perjalanan ini, aku tidak memakai sepatu, aku pake sendal jepit. Selain ringan saat melangkah, bikin kaki jadi adem semilir gimana gitu. Mungkin ini sudah menjadi kebiasaanku dalam beberapa pendakian ku belakangan ini. Mengawali dengan memakai sendal jepit.
GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
SAAT PERJALANAN TURUN VIA CEMORO SEWU

Bukan tanpa alasan. Kebiasaan ku ini malah menjadi salah tips yang patut dicoba.
Mendaki dengan sendal jepit. Berarti sepatu akan berada di dalam tas carrier. Otomatis beban tas juga akan lebih berat. Efeknya, karena tubuh sudah mulai terbiasa dengan beban berat sejak awal pendakian, maka ketika nanti sendal diganti dengan sepatu, justru beban akan Serasa lebih ringan.
Begitu juga saat perjalanan turun. Saat mendekati gerbang pendakian. Kaki akan lebih rileks dan bisa bernafas. Karena saat perjalanan turun. Kaki akan lebih ekstra dalam bekerja. Biasanya, jari-jari kaki akan sakit karena menyangga beban dipundak ataupun karena gravitasi.
kalau tak percaya coba aja. Sejauh ini, aku lebih banyak menerima sisi positifnya ketimbang negatifnya. Asal sesuai dengan pengalaman ku diatas. Dijamin deh, bakal jadi kebiasaan tuh. Hehehe...

Kaki, adalah aset berharga di dalam pendaki. Oleh karena itu, di semua artikel tentang pendakian manapun biasanya akan sangat disarankan untuk memakai sepatu yang sekaligus bisa menutupi mata kaki. Dalam hal ini, aku juga pernah merasakan kaki terkilir saat mendaki di Pendakian ke Gunung Slamet.


Ketemu Gerimis di POS 1

Dari pos pemberangkatan sampai dengan pos 1, kami belum mendapati pendaki lain yang berpapasan dengan kami. Aku nggak heran, karena jalur cemoro kandang memang treknya lebih panjang dari cemoro sewu. Dibalik kekurangan tersebut, kelebihannya bahwa trek cemoro kandang lebih landai.

Jalur cemoro kandang memang sering dipakai oleh pendaki-pendaki slow. Tapi bukan itu tujuan kami lewat jalur ini. Kami bukan slow, malah cenderung tergesa-gesa. Hahaha... Karena ingin mencari pengalaman aja sih. Dan aku satu-satunya yang pernah lewat jalur ini, sekaligus belum pernah lewat untuk naik. Jadi, tidak ada salahnya. Untuk itulah, aku menyarankan untuk berangkat lebih awal karena pengalaman yang aku dapat melalu jalur ini adalah sore.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
POS 1 via Cemoro Kandang
Seperti biasa lah. Diawal perjalanan masih strong-strongnya. Jadi kami isi perjalanan itu dengan penuh canda. Sampai kami tidak menyadari jika mulai mendung. Kemudian disusul dengan gerimis sedang. Karena sangat nanggung jika harus mengenakan Mantel

Beruntungnya, ternyata pos pertama sudah terlihat jadi kami lebih memilih berlari dan merelakan pakaian kami sedikit basah daripada harus mengenakan mantel. 

Pos pertama ini, bisa dijadikan untuk berteduh saat gerimis seperti ini. Bahkan beberapa pendaki ada yang memanfaatkan untuk nge-camp karena cukup terlindungi dari angin dan hujan. Tampak bekas pembakaran didalamnya.

Dan beruntunglah lagi, ada penjual gorengan dan beberapa jajanan disini. Jadi, selain berteduh kami bisa jajan sambil menunggu gerimis nya sedikit mereda. Juga bisa kami manfaatkan untuk melakukan pangecekan agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan yang diakibatkan air hujan.

15 MENIT BERLALU - dan gerimis tak menunjukan tanda-tanda reda. Mengingat waktu yang terus berjalan, jadi aku memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dengan mengenakan mantel nya masing-masing.

Trek selanjutnya adalah trek yang menanjak. Disini nanti kalian ketemu trek yang aku namai sendiri. Sesuai dengan faktanya lah.

jalur jidat ketemu dengkul
Nah. Bisa bayangin gag tuh. Mending gag usah dibayangin. Langsung aja di datengin. Biar mantaf. Hahahaha... Kenapa aku bisa namain begitu. Karena trek nya, antara pijakan satu dengan pijakan lainnya cukup tinggi. 

TREK DIATAS POS PERTAMA
Nih, sedikit gambaran tentang treknya. Bisa kalian lihat gambar disamping ni. Ya seperti itu treknya. Hehehe.

Trek yang aku namai tadi. Kalau tidak salah berada dibawah trek ini. 

Dari semua trek via jalur cemoro kandang. Mungkin ini salah satu trek yang aku suka ketimbang yang lainnya. Alasanya, suka aja. Hehehe... Yaa nggak perlu aku kasih alasan secara detail juga. 

Suka yang bilang aja suka. Jangan dipendam terlalu lama. Ntar tumbuh, lebat, bingung motongnya nanti. Heish... ngomong opoh. hahaha... Yaaa pokoknya gitu deh.  Asyik deh pokoknya trek ini. Oh iya ding. Untuk melewati trek ini. Tidak disarankan ketika hujan deras. Karena trek ini berada dialiran air. Bisa kena banjir. Kemungkinan terburuknya malah terjebak. Turun gag bisa karena licin. Naik juga gag bisa karena banjir. Jadi, gunakan waktu seefektif mungkin untuk melewati jalur ini. Oke cuy.


Ketiduran di POS 2

HUJAN berangsur reda, setelah kami meninggalkan pos pertama. Trek antara kedua pos lebih bervariasi. Kadang landai, kadang menanjak. Didominasi oleh tumbuhan ilalang disamping kanan kiri jalur pendakian.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Rerimbunan
Kalau pas lagi panas, seperti nya enak lewat jalur ini. Lagipula, jalur cemoro kandang ini juga banyak penghalang untuk sinar matahari jika pas cuaca panas kok. Walaupun tidak sepenuhnya, tapi hampir sebagian besar jalur terpayungi. Cocok yang suka berkegiatan tapi suka mengeluh kalo pas cuaca panas. Hahahah.

Banyak bonus nya uey.

Mungkin karena jalurnya yang landai, tidak panas, ditambah dengan anggota tim yang enak diajak becanda. Sehingga perjalanan terasa sangat cepat. Tidak lama kami meninggalkan pos pertama, tibat tiba kami sudah di pos kedua.

Pos kedua ini, ada dua bangunan yang terbuat dari seng. masing masing berhadapan satu sama lain dengan ukuran yang hampir sama. Cukup luas didalamnya. Namun berbeda dengan yang ada di pos pertama yang terlindungi dari angin. Bangunan di Pos ini tidak tertutupi secara maksimal. Meskipun begitu, sudah lebih dari cukup untuk bisa digunakan sebagai tempat berteduh maupun beristirahat.

Sesampainya di pos dua. Segera aku lepas tas keril ku. Setelah berkeliling sebentar, observasi sekitar aku menemukan tempat yang cocok untuk rebahan. Pun aku ambil mantel milik kacel yang selanjutnya aku gunakan sebagai alas. Untuk tiduran. Ternyata si Kacel juga ikutan. Ngobrol sebentar akunya langsung tepar. Hahaha.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
AKU YANG KELELAHAN
Nggak tahu udah berapa lama aku tertidur. Tapi yang jelas aku terbangun karena kedinginan. Hehehe... Karena emang seperti itu aturan mainnya. Saat melakukan pendakian, ketika berhenti karena mungkin lelah atau sekedar melihat pemandangan, semakin lama berhenti maka tubuh akan semakin kedinginan.

Lain halnya jika tubuh terus aktif, bukannya kedinginan yang ada malah keringetan. Pendaki amatiran yang baru kenal dengan kegiatan mendaki, biasanya akan mengenakan jaket dan sarung tangan diawal perjalanan. Awalnya emang hangat tapi semakin lama akan semakin berkeringat. Dan jujur, itu juga akan mempengaruhi kualitas tidur di atas nantinya.
TIPS : Tahan sebentar rasa dinginmu sesaat sebelum melakukan pendakian. Karena 15 menit pertama setelah melakukan perjalanan, aku jamin akan berkeringat. Kecuali jika bermasalah kulit kalian.
Kami mulai lagi perjalanan yang sempet tertunda cukup lama disini. Trek pertama setelah pos kedua disambut oleh trek menanjak. Masih di dominisi tumbuhan yang sama dan jalur pendakian yang sama, yaitu berupa tanah yang licin.

Yang memakai sepatu kets akan merasakan kesulitan yang berlebihan disini. Karena alas sepatu kets yang cenderung halus, tidak akan mampu mencengkram tanah yang dipijaknya. Diatas pos dua ini ada pos bayangan yang berada dibawah pohon pohon dengan batang yang kecil. Cukup datar untuk mendirikan tenda, tapi akan sangat nanggung sekali jika harus mendirikan tenda disini.



GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
JALURNYA EKSOTIS EUY
Dari pos bayangan ini pula, kabut datang menemani perjalanan kami menuju pos ketiga. Untuk melewati trek kali ini, membutuhkan konsentrasi tinggi. Itu dikarenakan disisi kiri jalur langsung berhadapan dengan jurang yang cukup dalam.

Ditrek ini, hanya bisa di lewati oleh satu orang saja. Jika pun memaksa dua orang yang biasanya karena berpapasan, salah satu dari mereka harus bersandar kesebelah tebing.

Selain itu, treknya juga menanjak meskipun tidak terjal. 

Walaupun trek yang kedengerannya horor. Seperti trek berkabut, berbatasan langsung dengan jurang, yang hanya bisa dilewati oleh satu orang, ditambah jalurnya yang  menanjak, ternyata juga memiliki nilai positifnya bagi penghobi lainnya. Yaitu Fotografer. Ingat, setelah pos kedua jalur cemoro kandang. SIapkan kameramu. Heheh..

Mungkin yang berpengalaman, tak lagi perlu dijelaskan. Tapi yang bagi pemula, sedikit kesabaran dan penempatan dalam membidik gambar atau di dunia fotografi menyebutnya angle, aku jamin kalian disini akan mendapat foto yang bagus dan lebih bersuara. Selama unsur yang aku sebutin diatas bisa kalian masukan dalam satu frame.


Menuju POS 3

Trek kali ini sudah lebih banyak tanjakannya, walaupun masih ada trek landainya. Namun seperti tidak terasa sama sekali saking banyaknya trek tanjakannya. 



GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
TREK MENUJU POS BAYANGAN 3





Trek menuju pos ketiga ini, juga memiliki jalan tembus yang banyak sekali. Namun jalan tembus itu ada yang bisa di lewati dengan mudah, bisa di lewati dengan susah payah. Dan disarankan untuk tidak melewati jalan tersebut meskipun terlihat bisa memangkas waktu. Karena, tidak semua jalur tersebut bisa dilewati. Terlebih jika malam hari. Karena tidak akan tahu apa yang di sepanjang jalur tersebut. Jadi, lewatilah jalan yang sudah pasti. Karena sudah pasti aman.

untuk menuju pos ketiga ini, nanti akan ketemu pos bayangnya disisi kanan jalan. Pos bayang ini berupa gubuk kecil yang hanya bisa digunakan oleh beberapa orang saja. Bahkan tenda saja tidak bisa di pasang disini. Itu juga menandakan bahwa perjalanan menuju pos ketiga sudah setengah perjalanan.

Oh iya ding, aku ketemu keluarga pendaki disini. Ada suami, istri, anaknya dan beberapa kerabatnya. Jujur, melihat pemandangan itu aku merasa iri deh. Ya, berharap bisa punya keluarga seperti itu. hehehe.

Selepas dari pos bayangan tadi. Cuaca berangsur angsu cerah. Kabut dan awan hitam mulai menyingkir. Mentari senja mulai terlihat diufuk barat. 



MENUJU POS 3
Sejak dulu. Aku memang suka dengan SENJA. Perpaduan langit dan suasana hati tampak begitu Serasi. Bikin hati lebih rileks dan juga tenang. Cahaya keemasan dari mentari senja juga enak untuk dilihat. Tampak Kalem aja.

Trek menjelang pos ketiga, sangat sadis. Hampir tak ada bonus. Ditambah sangat licin. Karena berupa tanah. Disini aku beberapa kali jatuh. Meskipun sudah memakai sepatu gunung yang memang sudah didesain untuk bisa mencengkram tanah dengan kuat. Tapi tetap aja kalah.

Sesekali harus menggapai kayu tumbang untuk aku pakai untuk pegangan. Sesekali juga aku harus merangkak.

Disini, tim mulai terpencar. Mulai terbagi menjadi beberapa kelompok. Aku bersama Kacel dan Ena. Dan sisanya aku nggak tahu bersama siapa saja.

Meskipun begitu, aku masih bisa memantau mereka. Memantau lewat suara. Aku memanggil nama nama mereka. Dan mereka masih bisa merespon dengan baik.

Aku tidak terlalu merasa mengkhawatirkan akan hal itu. Entah kenapa bisa begitu. Apa mungkin karena senja ini. Yang membuat mood ku menjadi lebih mampu untuk mensugesti diri ku sendiri jika meraka akan baik baik saja. Entahlah. Yang terpenting, kami semua bisa sampai di pos ketiga dengan selamat dan komplit.

Ketika sampai di pos ketiga. Mentari senja sudah benar benar menghilang. Oleh kabut, tidak. Karena memang sudah waktunya untuk menutup diri dan berganti dengan rembulan. Pas setelah kami sampai seumua dipos ketiga, langit menjadi gelap. Yang sebelumnya hangat, berangsur angsur angin yang berhembus mulai dingin.

Kami beristirahat disini. Menyiapkan headlamp, dan menyiapkan beberapa peralatan lain untuk perjalanan malam. 

Pos ketiga. Berupa bangunan yang terbuat dari seng. Memiliki pemandangan langsung kejawa tengah. Tapi saat itu berkabut. Jadi aku tak bisa melihatnya langsung. Jika masuk kedalam memang terlihat mencekam. Tapi sangat aman. Dari terpaan angin maupun hujan.

Karena merasa lapar. Kami pun membuka sedikit logistik kami. Untuk kami makan disini. Lumayan. Selain bisa sedikit mengisi perut kami, juga bisa menambah sedikit energi.

Disini kami bertemu dengan rombongan dari UMS. Katanya sih sedang Pendidikan Dasar dari salah satu organinasi penggiat alam mereka. Cukup banyak. Perkiraan, total ada 20 orang. Bisa saja lebih. Itu yang membuatku lebih tenang. Berarti di jalur ini kami tidak sendirian. Satu satunya kekhawatiranku saat itu, dari kejauhan tampak kilat yang menyambar. Menandakan bahwa disana akan turun hujan. Atau mungkin sudah hujan.

Aku pun coba menenangkan diri dan mensugesti diriku sendiri, bahwa semuanya akan baikbaik saja.


Menuju pos 4

Mulai dari perjalanan ini. Aku tidak punya sama sekali dokumentasi berupa foto. Karena memang sudah gelap.

Setelah persiapan di pos ketiga. Kami langsung berangkat. Kali ini aku berada barisan paling belakang. Selama tidak terpencar, pasti akan baik baik saja. Aku meminta kacel untuk berada dibarisan paling depan. Sebagai leader kami.

Jarak antara pos tiga dan pos empat sebenarnya sangat dekat. Trek Zig Zag nya yang bikin terasa sangat panjang. 

Treknya sangat landai. Didominasi oleh batu berkerikil. Banyak juga jalur yang memotong trek satu dengan trek yang lainnya. Tapi sangat terjal. Harus merangkak seperti kegiatan panjat dinding. Aku pernah memangkas beberapa kali. 

Kesulitannya pun juga cukup bervariasi. Aku bisa mendakinya tanpa berpegangan. Ada juga yang memaksaku harus berpegangan. Saat aku memangkas dengan melewati jalan terabasan itu. Ketika aku sudah berada dijalur utama. Rata rata aku menunggu 10 sampai 15 menit. Berarti memang efektif untuk memangkas waktu. Tapi sangat tidak efektif untuk keselamatan.

Akhirnya, yang kami tunggu tunggu terlihat dari kejauhan. Pos keempat. Seperti halnya setelah sampai puncak. Rasa capek hilang sudah. 

Pos empat ini. Memliki luas yang cukup. Cukup untuk mendirikan 20 tenda dome. Karena saking luasnya. Ada bangunan kecil disini. Yang menandakan sebagai pos 4.

Sesaat setelah sampai di pos ini. Aku langsung meletakkan taskril ku. Dan mencari tempat untuk mendirikan tenda. Kami membawa dua tenda yang masing masing berkapasitas tiga orang. Aku menemukannya, dan langsung aku kasih isyarat kepada temen temen yang lain untuk membawa semua peralatan mereka ketempat aku berdiri.

Kami berbagi tugas. Ada yang mendirikan tenda, ada pula yang menyiapkan makanan. Kami berlomba dri rasa dingin yang sudah mulai terasa menggerayangi kami. Yang tidak heran karena kami sampai  di pos 4 adalah jam 10 malam. Tapi langitnya cerah. Tapak rembulan menemeni kami membuat tenda. Asyiknya.

Tenda sudah berdiri. Lantas kami memasukan semua peralatan ke dalam tenda. Dan kegiatan yang paling ku tunggu dalam pendakian pun mulai kami lakukan. 
Masak-masak!!!

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
MASAK MASAK

Aku emang tak pandai memasak. Tapi aku bisa mendadak menjadi koki terhebat ketika disini. Walaupun cuman masak air dan mie sih. Hehehe. Kegiatan masak digunung adalah kegiatan yang paling aku suka dan yang paling aku tunggu-tunggu. Itu adalah obat pereda capek paling mujarab. Malah bisa menjadi obat penghilang capek paling oce. Karena saat memasak, kami bisa melakukan banyak hal sekaligus.

Kami keluarkan semua bahan makanan yang kami bawa. Kami juga mengeluarkan semua jajanan yang kami bawa. Dan aku mulai mengolahnya. Menu utama adalah kopi. Selanjutnya mie. hehehe...

Eits jangan salah. Itu adalah makanan terlezat yang bisa kalian nikmati didunia ini. Butuh perjuangan lo untuk menikmati-kenikmatan yang tiada tara nya itu.

Pun, kami terhanyut pada moment tersebut. Rasa dingin dipos 4. Seolah-olah hilang oleh keceriaan dan kebahagian kami didalam tenda yang sengaja kami saling hadapkan ini. Karena itu mempermudah dalam segala hal.

Malam semakin larut. Kai mengakhiri kebercandan kami. Menyiapkan tenaga untuk pendakian keesokan harinya.

Sebelum istirahat aku keluar tenda sebentar, memastikan tidak ada peralatan yang tercecer. dan memastikan tenda cukup baik. Segala sesuatu bisa saja terjadi. Dan pengecekan seperti itu juga penting untuk dilakukan.

Kemudian. Kami semua terlelap.

MENUJU PUNCAK

Cerahnya Pagi Itu

Aku rasa, aku yang paling dulu bangun. Kami tidur di tenda milik temenku dari Jogja. Kalau tidak salah dari Merapi Mountain. Itu Subjek lo ya, bukan objek. Memiliki kualitas yang sangat bagus. Kami didalam tenda tersebut, tidak terlalu merasakan dinginnya malam gunung lawu.

Serasa tidur di kasur rumah. Nyaman euy.

Karena ada something yang harus aku kerjakan. Aku segera beranjak. Perbedaannya yang sangat mencolok antara didalam tenda dan kemudian keluar tenda. Sesaat setelah keluar dari dalam tenda yang hangat, suhu ditubuhku berubah sangat drastis menjadi dingin. Suhu yang  umum terjadi di Gunung Lawu.
Sejuah ini yang aku rasakan. Gunung Lawu memiliki suhu yang dingin lembab. Beda halnya dengan beberapa gunung lainnya yang cenderung lebih kering.
Aku melihat ada orang yang sedang membuat api unggun dari kayu-kayu yang berserakan disekitar pos empat. AKu menghampiri mereka yang ternyata ada rombongan yang kami temui di pos tiga. 

Mendekat ke api lantas tidak membuat badan akan tetap hangat. Jika mendekat ke api tapi tubuh cenderung pasif, maka rasa hangat itu berangsur kalah dengan suhu dingin di sekitarnya.

Oleh karena itu, aku melihat ada parang tebas dan kayu yang cukup besar. AKu inisiatif untuk mencacahnya agar lebih kecil. Selain agar api tetap menyala, juga membuat tubuhku menjaga kehangatannya dari dalam.

Perjalanan Menuju Puncak Hargo Dumilah

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
SIAP-SIAP UNTUK SUMMIT
Summit kami agak kesiangan. Mungkin sekitar jam 7 pagi. Tak masalah. Karena kami tak akan melewati jalur yang sama saat turun nanti. Saat summit, kami sekaligus membawa barang bawaan kami.

Setelah melakukan pengecekan. Memastikan tidak ada yang tertinggal dan terlewat. Kami meninggalkan jejak disini. Minta tolong sama temen-temen dari Surakarta untuk memfotokan kami berenam. Hehehe.

Kemudian kami pamit kepada temen-temen baru kita itu. 

Saat itu, langit sangatlah cerah. Yang juga mencerahkan semangat kami di pagi itu. Menapaki jalan setapak. Sesaat setelah kami meninggalkan pos empat, dari kejauhan tampak puncak Lawu menunggu kami. Iya, dari kejauhan. Karena perjalanan masih beberapa jam lagi untuk sampai sana.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Menuju puncak
Mentari bersinar dengan cerahnya. Hangat rasanya. Meskipun angin terus bersemilir. Kami berjalanan berbanjar kedepan. Aku yang paling belakang, semakin lama semakin tertinggal jauh.

Ini adalah pertama kalinya aku summit lewat cemoro kandang. Pemandangan disana rasa-rasa nya telah menghipnotisku untuk sedikit berlama-lama untuk menikmatinya view.

Beberapa kali kami melewati beberapa pendaki yang turun disini. Ada beberapa rombongan pendaki yang sama-sama naik, tapi tidak ada yang aku kenali sebelumnya.

Kehilangan Arah.

Hampir dua jam perjalanan kami dari pos empat menuju ke puncak hargo dumilah. Melewati jalan setapak yang tampak jelas. Yang tidak mungkin membuat kami salah jalur. Meskipun puncak sudah terlihat dengan jelas, tapi rasa-rasanya malah semakin menjauh.

Dari sini pula, hal yang aku khawatirkan sejak dibawah. Kehilangan arah.

Aku bersama ketiga cewek di rombongan kami. Berada rombongan paling belakang. Dua cowok sisanya, ternyata sudah jauh di depan.

Tepat dibawah puncak hargo dumilah, aku bingung harus lewat jalur mana, karena sepanjang jalur itu, aku tidak menyadari adanya jalur memotong menuju langsung ke puncak. Jalur terus menuntuk kami ke arah Pasar Dieng.

Ketiga cewek itu tidak ada yang terlihat panik, karena aku hanya menggumam saja. Tahunya mereka, aku paham dengan jalurnya.

Aku berhenti sejenak. Begitu juga dengan ketiga cewek itu. Beristirahat dan sedikit mengingat-ingat apa yang sudah aku lewatkan. Pun aku kembali lagi. Memastikan bahwa aku benar-benar melewati jalur yang langsung menuju puncak.

Dan ternyata benar. Kami telah melewatinya. Jalur yang sangat transparan. Tidak tampak seperti jalur pendakian. Tapi entah kenapa, saat itu aku bisa menemukannya.

AKu memanggil ketiga cewek yang beristirahat didepan sana. Memberitahukan bahwa aku sudah menemukan jalurnya.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Bawah puncak lawu
Aku mulai menerabasnya. Diikuti oleh ketiga cewek dibelakang ku. Saat melewatinya, aku semakin ragu kalau ini adalah jalurnya. Tapi aku tidak yakin, jika aku turun apakah aku bisa menemukan jalur yang semestinya.

Jalur ini sedikit sulit. Karena tumbuhan kayu cantigi menutup sebagai besar jalur yang kami lalui. Tapi aku mantapkan hati karena yang aku tahu, didepan adalah puncak.

AKu terus menerabasnya sampai batas tumbuhan cantigi. Aku mulai sangat lega bahwa kami tidak salah arah. Sambil memantau cewek dibelakang. AKu melepaskan kerilku dan melakukan panggilan alam di sela pohon-pohon cantigi yang tertutup.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
ENA YANG PERTAMA SAMPAI
Lama menunggu mereka. Aku kira salah jalur. Ternyata malah asyik selfie. Kan nyebelin yak. Dirasa cewek-cewek itu muncul satu persatu. Tanpa menunggu mereka beristirahat, aku langsung mengajak mereka untuk meneruskan perjalanan yang tinggal beberapa menit untuk sampai puncak.


PUNCAK HARGO DUMILAH

Saat sampai dipuncak. Karena memang sudah siang, dan kebetulan juga sedang cerah-cerahnya. Sudah di jejali oleh pendaki-pendaki dari penjuru kota. Mulai dari yang terlihat style, sampai yang terlihat gembel. Bercampur aduk.

Yang aku cari pertama kali sesaat setelah sampai puncak adalah adekku yang jauh meninggalkan kami. Sedikit khawatir memang karena sejak dibawah, aku meneriakinya namun tak ada jawaban. Yang membuatku lebih tenang karena pada saat itu langit cerah. Jadi, bagi siapapun bakal mengikuti nalurinya sendiri untuk menuju dataran tingggi.

AKu lega. Aku menemukannya sedang beristirahat disamping Tugu Puncak Lawu. 

Kami berenam pun melepas lelah. Mencari tempat perlindungan dari teriknya matahari yang sudah mulai berada di atas kami. 

Namun tidak dengan ketiga cewek-cewek tadi yang seolah tak punya rasa lelah. Setelah menitipkan tas kepada kami lantas mereka pergi lagi, sibuk menghabiskan memori didalam ponsel mereka untuk mengabadikan momen-moment mereka dipuncak.

Aku lebih memilih bersandar di tumbuhan cantigi sambil menikmati kesibukan orang yang berselfi di bawah tugu puncak lawu.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
PARA SRIKANDI

PERJALANAN TURUN

Mampir ketempatnya Mbok Yem

Sudah kami rencanakan sebelumnya. Jika waktu mencukupi, kami akan mampir ke tempatnya mbok yem. Rasanya belum lengkap jika mendaki ke gunung lawu tidak mampir ketempat beliau. Sebelum turun, tak lupa kami merepotkan kawan-kawan pendaki untuk memotret kami.

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Team

Sebagai gantinya, kami yang mengambilkan foto kepada mereka. Barter seperti ini sudah sangat umum terjadi. 

Kami turun.

Perjalanan turun ini, kami bertemu dengan rombongan seperti yang kami temui dipos bayangan menuju pos tiga dibawah. Menemukan rombongan keluarga yang diantaranya ada anak kecil.

Baper lagi dah akunya. Asem.

Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke Warung Mbok Yem. Karena lokasinya memang tidak jauh dari puncak. Atapnya yang dari terpal berwarna warni, sangat terlihat jelas saat diperjalanan turun kami.

Jalur turun dari puncak lawu ini, sebenarnya ada lebih dari satu. Untuk yang ingin menuju ke mbok yem. Ambillah jalur kiri, karena posisi warung mbok yem berada di sebelah timur laut dari puncak Hargo Dumilah.

Bertamu di tempatnya MBok Yem

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Akrab sekali dia.

Ini adalah adekku. Yang sedang bercengkrama dengan mbok yem.

Setahuku, Warung mbok yem ini sudah ada sejak pertama kali aku mendaki ke gunung lawu pada tahun 2005 silam. Bahkan mungkin sudah ada jauh sebelum itu.

Warung mbok yem ini merupakan warung tertinggi dipulau jawa.

Tidak seperti dulu. Disekitar warung mbok yem ini, bermuncul warung-warung lainnya yang menjajakan jajanan dan makanan yang sama.

Tapi untuk pendaki-pendaki yang notabenya PEMULA, yaitu pendaki muka lama. Mungkin akan lebih mampir kesini daripada mampir ke warung lainnya.


Warung mbok Yem. Juga bisa dijadikan sebagai tempat berisirahat para pendaki. Bisa menampung lebih dari 20 pendaki didalamnya. Namun sejauh ini, aku belum pernah melihatnya secara langsung.

Lantas kami segera memesan soto dan jeruk hangat disini. Untuk harganya sendiri amat sangat terjangaku. Kalau tidak salah Rp.10.000,- itu sudah termasuk jeruk hangatnya.

Sotonya sendiri khas seperti soto jawa timur pada umumnya. Namun dipastikan, rasa di Warung Mbok Yem jauh lebih enak dan nikmat karena untuk merasakan soto ini butuh perjuangan. Hehehe.


GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
FOTO BERDUA DULU


Setelah acara makan siang kami di warung mbok yem selesai. Kami segera beranjak untuk turun. Karena tanpa kami sadari, ternyata kabut sudah mulai naik. Terik sinar matahari yang tadinya cukup menghangatkan kami, terhalangi oleh kabut yang tiba-tiba muncul.

Kami pun turun. Meninggalkan warung mbokyem.

Sepi

BUCEL

Saat perjalanan turun. Dijalur pendakian menuju cemoro sewu, sudah mulai tampak sepi. Dari sini pula, aku melihat beberapa mereka sudah mulai merasakan capeknya.

Kami berjalanan beriringan. Jika ada yang berisitirahat, yang lain juga ikut beristirahat. Jika yang lain sudah mulai jalan, yang lainnya pun juga mengikutinya.

Begitu seterusnya.

Saat di pos empat. Aku mendapati pemandangan yang bikin risih. Vandalisme. Namun berbeda dengan vandalisme lainnya. Vandalisme disini menyertakan nama organisasi yang mengenalkanku pada dunia pendakian. SAKA BHAYANGKARA

GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
VANDALISME SAKA BHAYANGKARA MAGETAN
Sebagai anggota. Aku juga merasa malu dengan temuan itu. Melakukan vandalisme dijalur pendakian. Sekilas memang tidak tampak, apalagi kalau pas perjalanan malam. Meskipun begitu, hal tersebut tidak bisa dimaafkan. Apalagi harus membawa nama organisasi yang seharusnya menjadi teladan bagi organisasi lainnya. Karena berada dibawah naungan kepolisian.

Saat aku mengunggah disalah satu grup, banyak yang mencacinya. Tujuanku saat itu agar yang berada didalam grup tersebut bisa mengetahui dan mengakui kesalahannya sendiri.


Mitos tentang lawu (mendaki dengan jumlah ganjil akan celaka)

PENDAKIAN GUNUNG LAWU VIA JALUR CEMORO KANDANG
ALon-alon kelakon

Alon-alon asal kelakon. Begitu bunyi pepatah jawa. Namun dengan teman laki-laki yang diajak oleh Lely, seperti nya tidak berlaku. Dia begitu tergesa-gesa untuk turun.

Sejak diatas, dia memang sedikit gelisah, karena infonya akan ada kegiatan pada saat sore harinya.

Seharusnya, jika memang ada kegiatan seperti itu, lebih baik menolak ajakannya sejak awal. Karena ya seperti ini, hanya akan membuat moment pendakiannya menjadi berantakan.

Aku rasa ini karena mitos tentang jumlah pendaki dilawu yang beredar di masyarakat. Yang jika jumlah pendakinya ganjil, akan mendapat celaka. Aku sendiri menghormati kepercayaan-kepercayaan seperti itu. Namun, jangan dijadikan acuan baku saat melakukan pendakian. Apalagi harus memaksa temannya agar terhindar dari akibat menentang mitos tersebut.

Aku sendiri, seperti pernah melakukan pendakian dengan jumlah ganjil. Dan tidak terjadi apa-apa. 

Mitos-mitos seperti itu, sebenarnya hanya akan terjadi kepada mereka-mereka yang memang sengaja untuk menentangnya.

Sampai di Cemoro Sewu

Dipos 1 jalur cemoro sewu. Kelompok kami terpisah. Aku dengan Ena dan Eni. Adekku bersama Lely dan Teman cowoknya (Lupa namanya euyy)

Kelompok lely memilih untuk mempercepat langkahnya agar segera sampai di basecamp. Karena teman cowoknya mau ada acara. Kasihan sebenarnya aku melihat teman cowok lely. Tapi ya mau gimana lagi. Itu memang keputusannya sendiri kok.

Aku dan kelompokku lebih memilih berjalan dengan santai dibelakang. Sesaat melupakan keperluan teman cowoknya lely. Dan lebih menikmati sisa perjalana kami.

Sampai di cemoro sewu. Kami mendapati bahwa Lely sudah turun. Kacel yang seperti nya menunggu terlalu lama kami. Hahaha... Ya salah sendiri juga sih, ngapain juga harus cepat-cepat. Hehehe.

Dicemoro sewu, setelah mengambil kendaraan kami. Pun kami memesan cilok yang berada di depan basecamp cemoro sewu. Wah.. Nikmat euy. Dan itu tanda perpisahan kami. Dan akhirnya kami pamit dengan Ena dan Eni. Infonya Lely akan naik lagi setelah mengantar teman cowoknya.



GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Bakso di depan basecamp cemoro sewu

Hemh... Benar-benar tu bocah.


SELESAI.












Dokumentasi kami lainnya



GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG
Add caption








GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG


GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG



GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG



GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG


GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG




GUNUNG LAWU via CEMORO KANDANG











anbusenja Seorang karyawan yang menyukai kegiatan menulis dengan tulisan garing.

Belum ada Komentar untuk "PENDAKIAN GUNUNG LAWU via JALUR CEMORO KANDANG | Catatan Perjalanan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel