PENDAKIAN GUNUNG MERBABU via JALUR SELO | Catatan Perjalanan Anbusenja
28 Okt 2019
Tulis Komentar
Gunung Merbabu, sudah menjadi salah satu bagian dari primadona-nya Jawa Tengah. Catatan perjalanan ini pun menjadi Chapter ke 4 Pendakian-ku ke Gunung Merbabu. Tiga diantaranya, melalui jalur sama. Via Selo.
Apalagi seringnya beberapa kemunitas melakukan open trip ke tempat ini. Membuat Gunung Merbabu sudah populer, lebih menjadi populer lagi dengan kegiatan-kegiatan serupa.Catatan Perjalanan ini, tidak beda jauh dengan catper (Catatan Perjalanan) lainnya yang sudah aku tulis di blog ini. Seperti yang sudah aku publikasi kan, diantaranya ;
- (Catatan Perjalanan) Pendakian Gunung Ungaran (2017)
- (Catatan Perjalanan) Pendakian Gunung Lawu Chapter 7 - (2016)
- (Catatan Perjalanan) Pendakian Gunung Slamet (2015)
Oh iya. Selain itu untuk perjalanan yang ditulis pada catatan perjalanan ini, selain di dokumentasikan dengan tulisan juga sudah didokumentasikan dalam bentuk video. Bisa kamu lihat pada rujukan link dibawah ini :
- Dokumentasi perjalanan = Rumah menuju Basecamp Selo
- Dokumentasi Perjalanan = Basecamp Selo - Pos 4 (Sabana 1)
- Dokumentasi Perjalanan = Pos 4 (Sabana 1 - Puncak)
PENDAKIAN GUNUNG MERBABU VIA SELO
CERITA AWAL - MUNCULNYA IDE PENDAKIAN
Belajar menjadi pribadi yang selalu menepati janji Bag. 1
😂 Kalau dipikir-pikir sih, pendakian-pendakian yang aku lakukan belakangan ini bermula karena sebuah janji. Seperti halnya pendakian Gunung Lawu (via Jalur Cemoro Kandang), sebagai bentuk janji yang aku ikrarkan sendiri tiga tahun sebelum pendakian itu aku lakukan. Janji seperti apa yang aku maksudkan disini, silahkan disimak sendiri ya Bro 😁. Tinggal diklik aja tuh url nya (😪 dikit-dikit ngiklan, boleh kali ya. Hehehe).
Begitu juga dengan pendakian ini. Dimana aku pernah menjanjikan kepada adek ku (si Bucel) saat pendakian Gunung Merapi beberapa tahun lalu. (😏 Sayangnya, Catper untuk pendakian Gunung Merapi belum aku buat karena kurangnya objek foto saat itu).
Belajar menjadi pribadi yang selalu menepati janji Bag. 2
Ku tersadar, bahwa aku tidak menjajikan kepada satu orang saja, melainkan kepada dua orang. Selain saudara laki-laki di atas, ada seorang lagi yang pernah aku janjikan untuk aku ajak mendaki Gunung. Namanya Khoirul Askabi. Ini dia Facebooknya yang ingin mengenalnya.
Kedua orang sama-sama memiliki keterkaitan dengan pendakian ku ke Gunung Merapi beberapa tahun yang lalu. Keduanya sama-sama pernah aku ajak untuk Mendaki Gunung Merapi. Hanya saja Irul tidak bisa ikut karena suatu hal. Hanya Bucel yang bisa berangkat. Ada perasaan menyesal dalam diriku pribadi, tetapi aku harus merelakannya.
Karena kondisi itulah, aku memiliki tekad sendiri agar di dalam pendakianku selanjutnya, bagaimanapun juga aku harus mengajak irul sebagai bentuk rasa bersalahku saat itu.
Dan aku bersyukur, aku masih punya kesempatan untuk mewujudkan janjiku waktu itu.
Kedua orang sama-sama memiliki keterkaitan dengan pendakian ku ke Gunung Merapi beberapa tahun yang lalu. Keduanya sama-sama pernah aku ajak untuk Mendaki Gunung Merapi. Hanya saja Irul tidak bisa ikut karena suatu hal. Hanya Bucel yang bisa berangkat. Ada perasaan menyesal dalam diriku pribadi, tetapi aku harus merelakannya.
Karena kondisi itulah, aku memiliki tekad sendiri agar di dalam pendakianku selanjutnya, bagaimanapun juga aku harus mengajak irul sebagai bentuk rasa bersalahku saat itu.
Dan aku bersyukur, aku masih punya kesempatan untuk mewujudkan janjiku waktu itu.
MULAINYA PERENCANAAN
Merekrut kawan untuk menjadi bagian tim pendakian
Baiklah, saat itu tim sudah di tetapkan. Fix berjumlah tiga orang. Aku, Si Bucel, dan Si Askoboy. Bahkan kami, khususnya aku sendiri sama sekali belum memikirkan untuk mencari tambahan anggota dalam tim. 😁 Nggleleng 😄
Lalu, aku mendekati Pak Dosen. Temen kantor yang notabenya juga seorang pendaki. Bermaksud untuk meminjam salah satu peralatan mendakinya yang kualitasnya jauh diatas peralatan ku saat ini. Padahal nih, setahu ku Pak Dosen belum lama lho mulai menjadi pendaki gunung. 😄 ,, ampuh dah.
Saat aku mulai menyampaikan maksudku dengan berbasa-basi, ternyata dia nya tertarik untuk ikut bergabung. Kebetulan sekali. wkwkwkw
Dan setelah itu, aku membuat postingan. Baik Facebook maupun Whatshapp soal rencana pendakianku ke Merbabu. Akan tetapi, hanya dua orang saja yang berminat. Itupun semuanya juga tak jadi ikut. 😒
Yang satunya cewek, tidak jadi ikut karena merasa ganteng sendiri nantinya, dan satunya adalah cowok, adik mantanku, tidak jadi ikut karena kebetulan pas ada kegiatan di hari yang sama dan lebih memberatkan kegiatannya.
Okelah. Memang seperti itu yang aku harapkan. Mendaki dalam kelompok kecil. Biar mudah dalam pemantauannya. Hehehe
Lalu, aku mendekati Pak Dosen. Temen kantor yang notabenya juga seorang pendaki. Bermaksud untuk meminjam salah satu peralatan mendakinya yang kualitasnya jauh diatas peralatan ku saat ini. Padahal nih, setahu ku Pak Dosen belum lama lho mulai menjadi pendaki gunung. 😄 ,, ampuh dah.
Saat aku mulai menyampaikan maksudku dengan berbasa-basi, ternyata dia nya tertarik untuk ikut bergabung. Kebetulan sekali. wkwkwkw
Dan setelah itu, aku membuat postingan. Baik Facebook maupun Whatshapp soal rencana pendakianku ke Merbabu. Akan tetapi, hanya dua orang saja yang berminat. Itupun semuanya juga tak jadi ikut. 😒
Yang satunya cewek, tidak jadi ikut karena merasa ganteng sendiri nantinya, dan satunya adalah cowok, adik mantanku, tidak jadi ikut karena kebetulan pas ada kegiatan di hari yang sama dan lebih memberatkan kegiatannya.
Okelah. Memang seperti itu yang aku harapkan. Mendaki dalam kelompok kecil. Biar mudah dalam pemantauannya. Hehehe
Koordinasi melalui Aplikasi
Aku dan Pak Dosen berada di Jogja. Sedangkan si Bucel dan Askoboy berada di Magetan. Dijaman serba modern seperti saat ini, hal seperti itu tidaklah menjadi masalah. Dengan adanya Group Whatshapp yang jauh bisa menjadi dekat (Meskipun di-lain kasus, yang ada malah yang dekat semakin menjauh. Pusing deh. 😄)
Group Whatshapp di bentuk.
Selain anggota kelompok, ada satu orang yang sama sekali tidak terlibat dalam pendakian kali ini tapi ikut nimbrung ke dalam Group. Dialah bosque.
Tujuan ku memasukan si bos agar dianya bisa menyesuikan dengan agenda shiftnya. Jadi saat kami melakukan pendakian dan kebetulan si bos masuk pagi, agar bisa mengajak salah satu temannya agar menginap dirumah. BIar ada temennya gitu. Selain itu ya, sedikit memperkenalkan dia soal beginian. Hehehe...
Mengatur peralatan
Tantangan dalam membentuk kelompok pendakian dengan posisi masing-masing orang saling berjauhan, adalah mengkoordinir peralatan. Entah itu peralatan pribadi maupun kelompok.
Tantangan akan lebih menantang, jika salah satu dari mereka ada yang benar-benar tidak paham dengan alur pendakian. Katakannya Newbie lah.
Maka, sebagai ketua tim, harus merelakan tenaganya untuk bisa memberikan pertimbangan sebijak-bijak nya dalam menyelesaikan kondisi seperti itu.
Beruntungnya. Bucel dan Akskoboy, sama-sama pernah aku ajak mendaki. Jadi, aku tidak terlalu ambil pusing. Hanya perlu aku kasih kisi-kisi sedikit saja, mereka berdua langsung paham. Urusan peralatan pribadi mereka, aku anggap bisa dan mampu untuk mengatasinya sendiri.
Sedangkan untuk peralatan tim, aku dan pak dosen yang menyiapkan. Karena hanya kami berdua yang kebetulan berada di Jogja, dan sama-sama memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk pendakian kelompok.
Pun aku sendiri tidak menyadari akan hal itu. Terlebih semenjak sudah berkeluarga dan mulai fokus untuk mencukup kebutuhan sehari-hari ku dan si Bos.
Maka tak heran, ketika akan bertemu dengan si Bucel dan si Askoboy diterminal ada perasaan yang berdebar-debar. Hehehe,, ternyata ini lho alasannya.
Berangkat dari Magetan tanggal 21 Juni 2019, pada hari jumat setelah Sholat Jumat. Dan sampai di Terminal Pukul 20.00 malam. Aku menjemput mereka di Terminal Giwangan.
Tidak ada perasaan yang bisa mengungkapkan perasaanku saat bertemu mereka saat itu. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikan dari mereka. 😏
Sebelum kembali ke Kontrakan, si Bucel berencana untuk membeli Jaket di Jogja. Jadi aku antarkan ke salah satu Toko Outdoor yang menjual berbagai peralatan mendaki gunung. Sedikti terburu-buru sebenarnya, karena toko bakal tutup jam 21.00. Beruntungnya, tepat pada waktunya dan si Bucel mendapatkan jaket yang di inginkan.
Kemudian kami bertiga langsung menuju ke Kontrakan dan mampir sebentar di Indomaret untuk mencari Logistik untuk pendakian besoknya.
Tantangan akan lebih menantang, jika salah satu dari mereka ada yang benar-benar tidak paham dengan alur pendakian. Katakannya Newbie lah.
Maka, sebagai ketua tim, harus merelakan tenaganya untuk bisa memberikan pertimbangan sebijak-bijak nya dalam menyelesaikan kondisi seperti itu.
Beruntungnya. Bucel dan Akskoboy, sama-sama pernah aku ajak mendaki. Jadi, aku tidak terlalu ambil pusing. Hanya perlu aku kasih kisi-kisi sedikit saja, mereka berdua langsung paham. Urusan peralatan pribadi mereka, aku anggap bisa dan mampu untuk mengatasinya sendiri.
Sedangkan untuk peralatan tim, aku dan pak dosen yang menyiapkan. Karena hanya kami berdua yang kebetulan berada di Jogja, dan sama-sama memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk pendakian kelompok.
Mengatur Jadwal
Jadwal pendakian, kami fix kan hanya dalam kurun waktu dua minggu sebelum hari H. Itu karena si Bucel di si Askoboy cenderung pasif. Dan hanya mengikuti instruksi saja. Apalagi Pak Dosen. Jangan di tanya. Wkwkwkw
Dan si BOs ku, juga sudah siap-siap mengatur jadwal pada hari itu. Dan akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti dan kemudian pulang. Hehehe.... kondisi ini sebenarnya pernah aku pikirkan tapi tak pernah aku sampaikan. Hehee... Tanpa aku minta ternyata dianya memiliki pikir sama dengan akuuh.. wkwkw
Dengan begitu, aku tidak terlalu ambil pusing.
Maka dengan ini, semua persaiapan sudah selesai. Tinggal menunggu hari H.
BERANGKAT MENUJU BASECAMP SELO - BOYOLALI
Menjemput Para Saudaraku Yang Lama Tidak Berjumpa
Tersadar dari lamunan, ternyata aku sudah tidak pulang selama sembilan bulan. 😄 ... Ini adalah rekor terbaru yang kudapat semenjak sembilan tahun aku di Jogja. Hehehe... Ampuh kan.Pun aku sendiri tidak menyadari akan hal itu. Terlebih semenjak sudah berkeluarga dan mulai fokus untuk mencukup kebutuhan sehari-hari ku dan si Bos.
Maka tak heran, ketika akan bertemu dengan si Bucel dan si Askoboy diterminal ada perasaan yang berdebar-debar. Hehehe,, ternyata ini lho alasannya.
Berangkat dari Magetan tanggal 21 Juni 2019, pada hari jumat setelah Sholat Jumat. Dan sampai di Terminal Pukul 20.00 malam. Aku menjemput mereka di Terminal Giwangan.
Tidak ada perasaan yang bisa mengungkapkan perasaanku saat bertemu mereka saat itu. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikan dari mereka. 😏
Sebelum kembali ke Kontrakan, si Bucel berencana untuk membeli Jaket di Jogja. Jadi aku antarkan ke salah satu Toko Outdoor yang menjual berbagai peralatan mendaki gunung. Sedikti terburu-buru sebenarnya, karena toko bakal tutup jam 21.00. Beruntungnya, tepat pada waktunya dan si Bucel mendapatkan jaket yang di inginkan.
Kemudian kami bertiga langsung menuju ke Kontrakan dan mampir sebentar di Indomaret untuk mencari Logistik untuk pendakian besoknya.
Packing
Karena kesibukan selama sepekan sebelum pendakian, akhirnya waktu untuk melakukan packing dirumah sangatlah susah. Pagi sampai sore kerja, ketika sudah sampai kontrakan sudah merasa kelelahan dan langsung di lanjutkan untuk rebahan.
ALhasil, packing baru bisa aku lakukan saat hari Jumat Malam. H-1.
Packing kami lakukan di rumahnya Mbak Inung yang saat itu dalam kondisi kosong. Mbak Inung adalah tetangga kontrakan yang Alhamdulillah sudah menganggap aku dan istriku sebagai salah satu keluarganya. Jadi, saat mbak inung sekeluarga berpindah rumah, rumah tersebut dipasrahkan ke kami untuk mengelolanya. Sampai akhirnya saat aku menulis ini sudah ada penghuninya lagi.
Karena ruangan yang cukup luas, maka dengan leluasa kami pakai untuk mengelurkan semua barang dan perlengkapan yang kamudian kami tata kembali ke dalam tas kami masing-masing.
Sabtu pagi - Menuju Basecamp Selo
Jam 5.30 aku, bucel dan juga askoboy sudah terbangun, yang mana malam sebelumnya kami melakukan packing sampai larut malam.
Tentu saja, badan masih capek, letih serta membuat mata sembab. Tak tahu dengan mereka berdua, tapi aku iya. 😁 Akan tetapi aku tidak mau menghiraukan hal itu. karena momen ini sudah lama aku nantikan ini. Hehehe.
Yang kemudian setelah bangun dan berbenah, tanpa membuang-buang waktu lagi, segera kami angkat ransel dan mulai berangkat berkelana. 😎
Pukul 06.00 - kami berangkat ke Mepo (Meeting Point) atau tempat bertemunya dengan Pak Dosen.
Rute yang aku ambil saat itu adalah lewat jalan terabasan yang biasa aku pakai saat agenda kantor menuju wilayah muntilan dan sekitarnya. Ternyata cukup efektif dan memangkas waktu kurang lebih 30 menit. Lumayanlah.
Pak Dosen sudah menunggu didepan SPBU Perbatasan Jogja denga Magelang. Sepertinya sudah lama dia disana. Akan tetapi dengan ekspresi datar yang biasa ia ekspresikan aku tak merasakan apa-apa. Bahkan perasaan bersalah sekalipun. 😂 Walaupun di dalam hati sebenarnya tidak enak juga. Hahaha
Pukul 06.30 - kami melanjutkan kembali perjalanannya. Kali ini aku mempersilahkan Pak Dosen didepan sebagai penunjuk jalan. Sedangkan aku berada di belakang, karena ternyata lampu sein ku tidak berfungsi.
Formasi seperti ini aku praktekan dalam segala kegiatan jika memang diperlukan.
Pukul 10.30,
Kami mulai meninggalkan basecamp, tempat kami menitipkan kendaraan dan tempat kami melakukan packing ulang.
Dewasa ini, wajah gerbang masuk tersebut sudah mulai banyak perubahan sejak pertama kali aku mendaki gunung Merbabu melalui jalur ini. Kalau tidak salah tahun 2015. Kemudian disambung ke Pendakian ke dua dengan jalur yang sama yaitu tahun 2017. Dan ini adalah pendakian ke empat ku.
Karena jalurnya didominasi oleh tanah, jika musim kering akan menjadi sangat berdebu dan musim basah (hujan) akan menjadi licin. Pun jika harus ndlosor karena tidak mampu menjaga keseimbangan, tidak akan mengalami cidera parah.
Hal tersebut karena treknya masih Friendly buat pendaki pemula sekalipun.
Pos kedua, biasanya menjadi alternatif terakhir jika terdengar kabar bahwa pos-pos diatasnya, yakni Pos 3, Sabana 1, Sabana2 sudah sesak oleh para pendaki gunung yang lebih dulu datang. Biasanya pada saat event-event besar seperti 17 agustusan.
Biasanya para pendaki gunung yang mendirikan tenda disini adalah pendaki gunung yang secara waktu, sudah sangat telat untuk melakukan perjalanan. Pesimis untuk mendapat tempat untuk mendirikan tenda diatas. Dan alasan yang paling masuk akal adalah kemalamam dan sudah sangat tidak memungkinkaan untuk meneruskan perjalanan.
Yang kemudian setelah bangun dan berbenah, tanpa membuang-buang waktu lagi, segera kami angkat ransel dan mulai berangkat berkelana. 😎
Pukul 06.00 - kami berangkat ke Mepo (Meeting Point) atau tempat bertemunya dengan Pak Dosen.
Rute yang aku ambil saat itu adalah lewat jalan terabasan yang biasa aku pakai saat agenda kantor menuju wilayah muntilan dan sekitarnya. Ternyata cukup efektif dan memangkas waktu kurang lebih 30 menit. Lumayanlah.
Pak Dosen sudah menunggu didepan SPBU Perbatasan Jogja denga Magelang. Sepertinya sudah lama dia disana. Akan tetapi dengan ekspresi datar yang biasa ia ekspresikan aku tak merasakan apa-apa. Bahkan perasaan bersalah sekalipun. 😂 Walaupun di dalam hati sebenarnya tidak enak juga. Hahaha
Pukul 06.30 - kami melanjutkan kembali perjalanannya. Kali ini aku mempersilahkan Pak Dosen didepan sebagai penunjuk jalan. Sedangkan aku berada di belakang, karena ternyata lampu sein ku tidak berfungsi.
Formasi seperti ini aku praktekan dalam segala kegiatan jika memang diperlukan.
- LEADER - Berada di barisan paling depan. Yang menguasai jalur, yang mengetahui jalan. Segala pertimbangan ada padanya. Baik buruk pilihannya mencari jalur, kami yang ada di belakang hanya bisa bisa mengkutinya.
- FOLLOWER - Pengikut, biasanya aku taruh ditengah. Diisi dengan orang baru dalam tim yang belum tahu apa-apa/ Tugasnya hanya satu. Ngikut aja.
- SWEAPER - Sapu bersih. Yang memposisikan jarak agar dan berjaga-jaga jika ada yang tertinggal. Seperti halnya Leader, sweaper juga sebenarnya sudah memahami dan menguasai medan. Jadi, jika sewaktu-waktu rombongan terpisah, maka Sweaper yang akan menjadi leader bagi tim tersebut.
Pukul 09.00 - Tiba di Minimarket Galaxy. Yang belum tahu, minimarket ini berada sebelum pertigaan menuju basecamp Gunung Merapi dari arah Muntilan.
Aku, Bucel dan Askoboy mampir untuk mengisi list logistik yang kosong. Sedangkan pak dosen berada jauh didepan.
15 menit waktu yang kami pakai untuk membeli logistik yang kurang. Kemudian kami mengejar ketertinggalan dengan Pak Dosen yang mengira bahwa dia sudah sampai di Basecamp. Eh... Ternyata dia menunggu kami. Hahah
BASECAMP SELO
Berselisih di Persimpangan
Pukul 09.30 - Akhirnya kami tiba di Basecamp. Setelah sebelumnya aku dengan pak dosen berselisih pendapat di pos retribusi pertama.
Pak dosen ngotot jika jalur menuju basecamp selo berada di jalur belok kanan. yaitu jalur yang mengarah ke Jalan lagi. Sedangkan aku berpendapat bahwa jalur yang benar adalah terus lurus. Walaupun sebenarnya aku juga ragu karena sudah lama tidak kesini. Aku hanya mengikuti instingku.
Karena pendapatku tidak mendasar, akhirnya kami mengikuti Pak Dosen dengan kembali turun. Demi menghormati keputusan Pak Dosen kami tetap mengikutinya sampai akhirnya bertemu kembali jalan alternatif Magelang Boyolali.
Sempat sebal juga sih. Tapi mau gimana lagi, pun akhirnya kami berbalik. Pas mau balik, ternyata motor matic yang dibawa Bucel dan Askoboy tidak kuat.
Dalam kondisi seperti itu, akhirnya kami benar-benar turun dan kembali mengulangi jalur yang kami lalui dari awal. Sedangkan Pak Dosen meninggalkan kami. Aku sendiri tidak terlalu khawatir, karena aku yakin Pak Dosen sudah tahu jalannya. Yang aku khawatirkna adalan Bucel dan Askoboy yang sama sekali tidak ada yang tahu jalannya. Lantas aku kembali dan menjadi penunjuk jalan baginya.
30 menit kami pakai untuk muter-muter enggak jelas 😂
Istirahat di Basecamp
Pukul 10.00 (Kurang dikitlah), kami berempat sudah berada di basecamp Gunung Merbabu. Didahului oleh pak dosen yang lebih dulu sampai sini, ketika aku turun menjemput irul dan bucel dan muter-muter enggak jelas. Hahaha.
Pak Dosen menunggu di pintu retribusi terakhir. Pos yang berada sebelum deretan perumahan terakhir sebelum memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu.
Aku lupa, kami berada di basecamp mana. Karena hampir semua perumahan yang berada di area ini oleh pemilik rumah dijadikan sebagai basecamp gunung merbabu.
Kalau tidak salah, kami di basecamp yang berada di tengah antara rumah pertama dan rumah terakhir.
Sesampai di pelataran, kami segera memasukan motor kami dan segera melakukan re packing didalamnya. Oh iya, ketika kami masuk kedalam rumah yang dipakai untuk memarkirkan kendaraan ternyata masih kosong euy. Dan beberapa menit kemudian, langsung hampir penuh. Berasa jadi penglaris nih. Hahaha
Sarapan Arem-Arem
Packing ulang, segera kami lakukan mengingat waktu sudah semakin siang. Sembari menyingkat waktu, pun kami membagi tugas dengan melakukan dua tugas sekaligus. Sarapan dan Re-Packing.
Karena aku, bucel dan askoboy berangkat terlalu pagi dari rumah, jadi kami tidak sempat sarapan. Pun kami sudah janjian sama pak dosen. Dan sebenarnya, kami sudah telat. Hahaha
Sarapan waktu itu, memakan arem-arem yang dibawa oleh Pak Dosen dari rumah.
Hal yang sama sekali tidak pernah aku pikirkan sejak dulu. Hahaha.... Dan jumlah arem-aremnya pun pas dengan jumlah kami. Ada empat. Meskipun begitu kami bersyukur, khususnya aku sendiri. Dengan adanya arem-arem tersebut memberikan banyak tenaga untuk perjalanan kami nantinya.
Siap untuk Menanjak
Setelah dirasa persiapan sudah siap. Kami tidak mau banyak membuang waktu lagi. Dan kami langsung berangkat menuju gerbang pintu masuk Taman Nasional Gunung Merbabu
Tidak lupa kami berdoa sebelum berangkat. Demi kenyaman dan keamanan bersama.
Mlaku daki'-daki' donk.
PENDAFTARAN ONLINE DI TNBM
Gerbang Masuk
Pukul 10.30,
Kami mulai meninggalkan basecamp, tempat kami menitipkan kendaraan dan tempat kami melakukan packing ulang.
Berjalan pelan penuh semangat, penuh energik. Dingin hawa pegunungan sudah mulai terasa di basecamp ini. Bercampur dengan sinar matahari dimana langit membiru sedang cerah-cerahnya. Membuat anginnya cenderung hangat.
Waktu itu adalah weekend. Jadi kebanyakan orang-orang disini hendak naik, walaupun kami masih sering menemui para pendaki turun.
5 menit berjalan, kami sudah sampai di gerbang masuk TNGM yang ikonik. Dulu rasanya bangga banget bisa berdiri disini. Berfoto dengan keril di pundak, berlatar tulisan "Selamat Datang Di Taman Nasional Gunung Merbabu".
Dewasa ini, wajah gerbang masuk tersebut sudah mulai banyak perubahan sejak pertama kali aku mendaki gunung Merbabu melalui jalur ini. Kalau tidak salah tahun 2015. Kemudian disambung ke Pendakian ke dua dengan jalur yang sama yaitu tahun 2017. Dan ini adalah pendakian ke empat ku.
Flashback pendakian merbabu yang gagal
Tahun 2016, adalah pendakian ketiga ku ke Gunung Merbabu lewat jalur Selo. Tapi, bukan jalur Selo yang umum dipakai ini. Melainkan jalur selo dari sisi gancik.
Gancik, adalah jalur pendakian yang masih satu area dengan jalur pendakian Selo. Jalur baru, dengan resiko lebih tinggi dari pada jalur yang umum digunakan.
Aku dan rombongan, hanya bisa sampai di Pos 2 karena terhalang cuaca yang buruk. Bahkan, tempat kami mendirikan tenda yang bahkan belum sampai di Pos 1 saja, membuat frame tenda kami patah. Padahal ditempat tersebut angin terhalang banyak pohon besar dan tinggi.
Tidak kebayang jika kami melanjutkan perjalanan sampai pos 3 sebagai tujuan kami mendirikan tenda. Tidak ada penghalang angin, hanya ada perbukitan kecil tak berpohon. Tidak ada tempat untuk berlindung dari terpaan angin.
Ach, itu cuma flashback. Kembali ke cerita yang bro.
System baru di TNGM
5 menit berjalan dari basecamp, kami berempat sampai di pos pendafataran. Yah, kami menyempatkan foto juga di gerbang masuk Taman Nasional Gunung Merbabu.
Pos pendaftaran ini terbilang baru, karena terakhir pendakianku (th. 2017) kesini, bangunan ini belum ada.
Ternyata ada system baru disini. di Taman Nasional Gunung Merbabu. Kami mengetahui dari informasi dua orang berasal dari Magelang, yang kami temui di Basecamp bawah.
Mereka terlihat panik dan pucat dengan adanya system baru ini.
Sebenarnya, kami bisa saja nylonong masuk begitu saja. Karena memang tidak ada yang menjaga di sana. Tapi entah kenapa, badan ini enggan untuk beranjak sekalipun tidak ada yang tahu jika kamu menerobos tanpa bayar. Hem
Sytem baru ini, sudah seperti sistem yang diterapkan di Pendakian Gunung Semeru. Yakni pendaftaran yang dilakukan secara online.
Karena merupakan sistem baru, sepertinya petugas disini masih belum terbiasa juga. Alhasil para petugas juga sedikit kerepotan menghadapi pendaki yang sudah memenuhi pos ini.
Akses Wifi LEMOT
Sebagian dari pendaki ini melakukan pendaftaran Online di tempat. Menggunakan wifi yang sudah disediakan oleh petugas. Meskipun begitu, karena banyaknya pendaki yang mengakses wifi secara bersamaan membuat pendaftaran online semakin lemot.
Banyak waktu yang terbuang sia-sia disini karena ketidaktahuan akan sistem baru tersebut. Belum masuk kedalam web Taman Nasional Gunung Merbabu, tempat untuk mendaftar secara online, belum lagi memasukan data anggota kelompok satu persatu.
Bayangkan saja jika melakukan pendaftaran online di tempat, dengan jumlah kelompok diatas 10 peserta. Bisa sampai sore tuh. Aku dengan total jumlah kelompok empat orang saja membutuhkan 1 jam untuk menyelesaikan pendaftaran ini. Hahaha
Parah nih, sosialisasi nya belum maksimal euy.
MENUJU POS 1
Bersyukur
Pukul 11.30,
kami baru menyelesaikan tanggung jawab kami sebagai pendaki yang bertanggung jawab. Mendaftarkan diri, meskipun kami bisa saja masuk tanpa permisi. Tapi kami tidak melakukannya.
kami baru menyelesaikan tanggung jawab kami sebagai pendaki yang bertanggung jawab. Mendaftarkan diri, meskipun kami bisa saja masuk tanpa permisi. Tapi kami tidak melakukannya.
Aku sendiri bersyukur bisa menyelesaikan persyaratan masuk dengan baik. Meskipun ada perasaan sebal, tapi yasudahlah. Rasa syukur ini, aku dapat setelah melihat banyak pendaki yang masih stay di pos karena antrian pendaftarannya membludak.
Mungkin karena weekend kali ya?
Ditambah dengan melihat wajah si Bucel dan Askoboy yang berseri-seri. Yah, aku nya curi-curi pandang aja sih, dan aku senang bisa membuat orang lain senang meskipun ada yang membuat aku tidak sedang dalam pendakian ini. Wkwkwkw
Ada lah pokoknya.
Ada lah pokoknya.
Jalan yang santai
Tidak buru-buru, menjadi keputusan kami pada saat itu. KArena kami tidak sedang mengejar sunset. Harapan kami hanyalah cepat-cepat sampai disabana 2. Wkwkw.. sama saja yak. Hahah
Sabana 2, adalah tujuan kami untuk mendirikan tenda.
Kami jalan santai, tidak cepat pun juga tidak terlalu lambat. Sedang-sedang sajalah. Menikmati pemandangan yang masih di dominasi dengan pohon menjulang.
Semak belukar disisi kiri dan jurang di samping kanan. Tidak berbahaya sih, selama tidak nyemplung kesana.
Trek Jalur Terfavorit
Trek Basecamp - Pos 1, bagi ku cukup menyenangkan. Sekalipun banyak tanjakan, yang membuat aku menyukai jalur antara basecamp dengan pos 1 adalah jalur treknya yang masih di dominasi tanah, kemudian rumput ilalang dan ditambah banyak pepohonan tinggi yang daunnya menutupi jalur trek.
Jadi yang bisa terpayungi secara alami jika berjalanan diantara jam 09.00 s/d 14.00
Jadi yang bisa terpayungi secara alami jika berjalanan diantara jam 09.00 s/d 14.00
Karena jalurnya didominasi oleh tanah, jika musim kering akan menjadi sangat berdebu dan musim basah (hujan) akan menjadi licin. Pun jika harus ndlosor karena tidak mampu menjaga keseimbangan, tidak akan mengalami cidera parah.
Hal tersebut karena treknya masih Friendly buat pendaki pemula sekalipun.
Jalur Pendakian Yang Adem
Jalur Pendakian menuju pos 1 memang yang paling adem. Bukan karena angin gunungnya, melainkan karena pohon-pohon yang menghalangi sinar matahari yang semakin terasa menyengat ketika berada di ketinggian seperti ini.
Dan jalur pendakian ini, sudah memiliki beberapa jalur alternatif yang dibuat oleh petugas TNGM. Dengan pertimbangan, jalur lama sudah tidak layak untuk di lewati. Walaupun kelihatannya, masih saja ada pendaki-pendaki yang masih memilih memakain jalur tersebut.
Yah, tidak salah karena mereka lebih mengenal jalur lama daripada jalur baru. Begitu juga dengan aku. Hahaha.
Namun, jalur yang bercabang ini sebenarnya nanti akan bertemu pada satu titik. Yakni Pos 1.
Durasi Perjalanan Basecamp - Pos 1
Bersama dengan empat orang dalam kelompok termasuk aku sendiri. Dua diantaranya sudah pernah mendaki ke Gunung merbabu dan gunung-gunung lainnya. Dan dua sisanya, pernah mendaki namun masih dalam jam terbang yang rendah. Kurang lebih 45 menit waktu yang kami tempuh untuk sampai pos 1.
Seingatku, kami jalan sangat santai. Dan juga banyak istirahatnya. Hahaha...
Berarti jalan kami waktu cukup cepat juga ya. Hahah
Kondisi Pos 1
Pos 1, memiliki bidang yang sangat luas. Mampu menampung lebih dari 20 tenda. Selain itu juga datar dan rata.
Dengan kondisi seperti itu, sangat jarang aku melihat tenda berdiri disini. Malah hampir tidak pernah. Mungkin karena memang tempat yang tidak sangat rekomended.
Memang benar kondisi tanah yang rata, dan luas tapi di pos pertama ini banyak penunggunya.Yakni Monyet. Hahaha.
Sangat banyak monyet disini. Bergelantungan dari pohon ke pohon lainnya. Dan jarak menuju puncak, juga sangatlah masih jauh. Akan sangat Nanggung banget jika harus mendirikan tenda disini jika tidak dalam keadaan yang sangat terpaksa.
MENUJU POS 2
Trek semakin menanjak
Jalur pendakian menuju pos 2, sudah mulai cukup membuat dengkul nyut-nyut an. Menanjak, berpasir, berkerikil dan dibeberapa titik langsung berbatasan dengan jurang.
Jalur tersebut sudah langsun bisa dirasakan sesaat setelah meninggalkan pos pertama.
Tapi meskipun begitu, keindahan gunung merbabu sudah mulai tampak. Yakni berada di sisi kanan pendaki, dimana terbentang punggungan gunung yang besar. Apalagi juga langit cerah yang menampak langit biru terang. Akan membuat kamu ingin cepat-cepat sampai atas.
Mendaki Pakai Sendal
Meskipun dewasa ini sudah banyak toko atau brand menjual sendal gunung, namun terkadang masih banyak pendaki menyalahkan gunakan dengan memakainya di medan yang bukan seharusnya.
Sampai sekarang, masih banyak pendaki yang memiliki pakai sendal Gunung daripada sepatu gunung. Alasan paling klise adalah harga sendal gunung lebih murah daripada sepatu gunung.
Di jalur pendakian menuju pos 2, akan menjadi pengalaman tersendiri bagi pendaki yang memakai sendal gunung.
Karena jalur pendakian yang didominasi oleh tanah rapuh dan berkerikil. Tentunya akan menghambat perjalanan karena kaki sering kemasukan kerikil yang menganggu perjalanan.
Kemudian selain itu, keseimbangan pendaki yang memakai sendal gunung, lebih rapuh daripada pendaki yang memakai sepatu gunung. Selain daripada itu, mendaki memakai sendal gunung akan membuat kaki lebih cepat lelah.
Spot Istirahat Akan Banyak Ditemukan Mendakati Pos 2
Karena jalur yang mulai menyempit dan menanjak, sudah sewajarnya akan sulit menemukan spot untuk beristirahat. Yakni sesaat setelah meninggalkan pos 1.
Spot untuk istirahat, akan banyak di temui sesaat sebelum pos 2. Dengan begitu, rasa-rasanya akan sangat nanggung jika beristirahat ditemoat tersebut. Dan akan lebih memilih beristirahat di pos 2 sekalian.
Spot untuk istirahat, akan banyak di temui sesaat sebelum pos 2. Dengan begitu, rasa-rasanya akan sangat nanggung jika beristirahat ditemoat tersebut. Dan akan lebih memilih beristirahat di pos 2 sekalian.
Saya Menyarankan Selalu Sedia Masker
Saranku saat melewati jalur ini adalah menyiapkan buff atau masker. Apalagi jika mendaki di musim kering. Karena jalur pendakiannya yang berdebu.
Hal tersebut, biasanya diakibatkan oleh pendaki t*lol yang seenak jidatnya berlari saat turun, sehingga membuat tanah-tanah lembut berhamburan yang mengakibatkan debu betebaran.
Ingin rasanya menjintak kepala pendaki seperti itu, tapi sepertinya sanksi sosial akan lebih pedih.
Ketika pendakian ini pula, aku melihat ada pendaki yang menjadi pusat perhatian karena hal yang aku tulis diatas. Berlari kebawah sehinggan debu betebaran. Dia diteriaki oleh pendaki diatas. Dan sekejap menjadi pusat perhatian.
Sesaat aku melihat, dia langsung berjalan pelan sembari menundukkan kepala. Syukurlah jika ia merasa.
Durasi Perjalanan Menuju Pos 2
Adalah 1 jam waktu yang kami habiskan untuk melakukan perjalanan menuju pos dua. Dengan trek yang menanjak, sedikit mulai menyempit, ditambah dengan berpapasan dengan pendaki yang turun.
Menyebalkan sekaligus menyenangkan. Heheh
Menyebalkan sekaligus menyenangkan. Heheh
Memberi Kesempatan Sepatu Untuk Bernafas
Di pos kedua ini, kami melepas keril yang sudah mulai membuat pegal pundak kami. Dan yang paling penting adalah, memberi kesampatan Sapatu kami untuk bernafas dengan melepasnya.
Hal tersebut penting untuk dilakukan, untuk mengurasi cidera yang lebih parah pada kaki.
Disela-sela waktu istirahat, kami tidak lupa untuk menjalankan kewajiban kami sebagai seorang Hamba. Kami beribadah dengan beralaskan matras dan ponco. Menghadap kiblat sesuai dengan kepercayaan kami.
Doc : anbusenja-photography |
20 menit, adalah waktu yang sangat cukup untuk menistirahat seluruh badan. Dengan merebahkan badan.
Kondisi Pos 2
Sama Halnya dengan pos pertama. Pos kedua jalur pendakian gunung merbabu via selo ini juga tak kalah luas dengan pos pertama.
Bahkan lebih datar dan tentunya lebih strategis ketimbang pos pertama. Sekarang ada gazebonya, Selain itu rasa-rasanya semak-semak di pos kedua ini juga semakin tinggi. Hehehe... Cocok buat untuk tanggul angin niih, seperti yang pernah aku ulas pada " Tips mendirikan Tenda Gunung "
Kondisi Pos 2 arah pos 3 |
Disini, aku masih sering melihat tenda-tenda berdiri. Yang entah dibuka karena untuk beristirahat ataukah memang sengaja didirikan sebagai camp area sebelum summit.
Pos kedua, biasanya menjadi alternatif terakhir jika terdengar kabar bahwa pos-pos diatasnya, yakni Pos 3, Sabana 1, Sabana2 sudah sesak oleh para pendaki gunung yang lebih dulu datang. Biasanya pada saat event-event besar seperti 17 agustusan.
Biasanya para pendaki gunung yang mendirikan tenda disini adalah pendaki gunung yang secara waktu, sudah sangat telat untuk melakukan perjalanan. Pesimis untuk mendapat tempat untuk mendirikan tenda diatas. Dan alasan yang paling masuk akal adalah kemalamam dan sudah sangat tidak memungkinkaan untuk meneruskan perjalanan.
Gazebo Pos 2 |
Lanjut ke pos 3
Di Pos aku sempat ketiduran lho. Dan faktornya buanyak. Yang pertama karena sudah lelah, yang kedua karena langitnya cerah dan kebetulan mendapat tempat yang asoy dan yang ketiga karena angin yang sepoi-sepoi.
Benar-benar Syahdu euy. Terhipnotis dengan suasana yang nyaris tidak pernah aku rasakan ketika dibawah. Hahaha.
Dan ternyata, Bucel dan Askoboy juga sama-sama terlelap.Wkwkwkw...
Mengingat waktu yang terus berjalan, pun kami tidak mau membuang-buang begitu saja. Kami melajutkan perjalanan menuju pos tiga yang tepat berada diatas kami berdiri.
Dari pos kedua, semua pendaki memang bisa melihat pos tiga dengan sangat jelas. Jika tidak berkabut sih.
Meskipun jarakknya yang tampak dekat, namun dengan perjalanan yang relatif santai, waktu tempuh tercepat antara 45 menit sampai dengan 1,5 jam.
MENUJU POS TIGA
Jalur PHP vol.1
Kenapa aku menulis volume 1. Karena percayalah, bagi kamu yang belum pernah mendaki gunung merbabu bakal menemui volume 2 yang lebih bikin kamu kesel-kesel-ketagihan. Hahaha
Setelah memakai sepatu, dan membenarkan tali carier kami pun bergegas menuju pos tiga. Berbeda dengan aku dan juga pak dosen. Bucel dan Askoboy tampak girang setelah aku memberitahukan lokasi pos tiga dengan tunjukan jari.
Sangat terlihat dengan jelas posisi dan lokasi pos tiga jika dilhat dari pos kedua. Tidak heran jika mereka kegirangan karena mereka belum tahu trek menuju ke pos tiga. Licin dan berdebu.
Jalur Tidak Basah tapi Licin
Licin disini bukan karena hujan. Karena kami mendaki ketika musim pengering. Licinnya jalur disebabkan trek yang berpasir.
Sama susahnya mendaki ketika musim penghujan. Jalur disini licin. Dan ketika terjatuh bersiap-siaplah untuk kesakitan.
Jika musim penghujan biasanya tanah akan sedikit gembur dan menyebabkan sedikit empuk. Tapi lain cerita pada saat kami mendaki. Keras coy.
Naik selangkah bisa jadi kamu akan turun dua langkah. Hal ini berlaku jika kamu tidak pandai menjaga keseimbangan dan secara sembrono mencari pijakan.
hehehe.
Pos tiga itu sangat luas, dan rata. Namun tidak memiliki tanggul angin yang melindungi kita dai terpaaan angin ketika malam.
Tentunya hal ini akan membuat malam akan semakin panjang karena menggigil. Namun aku merasa kasihan dengan bucel dan askoboy jika tidak aku teruskan sampai dengan pos empat. Sabana satu.
Meskipun badan sudah letih dan juga lemas. Sedikit aku paksakan dengan menyisakan tenaga edikit lebih lama lagi untuk sampai ke pos empat sabana satu.
Demi bucel, demi askoboy.
Jam empat sore. Sinar matahari sudah terhalang oleh bukit lokasi sabana satu. Disisi lain, tidak merasa kepanasakan saat perjalanan. Namun sisi lainnya, angin yang bertiup cukup dingin.
Sama susahnya mendaki ketika musim penghujan. Jalur disini licin. Dan ketika terjatuh bersiap-siaplah untuk kesakitan.
Jika musim penghujan biasanya tanah akan sedikit gembur dan menyebabkan sedikit empuk. Tapi lain cerita pada saat kami mendaki. Keras coy.
Naik selangkah bisa jadi kamu akan turun dua langkah. Hal ini berlaku jika kamu tidak pandai menjaga keseimbangan dan secara sembrono mencari pijakan.
hehehe.
Sejam Perjalanan Yang Melelahkan
Fiuh. Sejam perjalanan mendaki tanpa bonus, memang melelahkan cuy. Sampai-sampai aku merasa tidak kuat dan ingin menyerah. Segera mendirikan tenda dan tidur ketika sampai di Pos tiga.Pos tiga itu sangat luas, dan rata. Namun tidak memiliki tanggul angin yang melindungi kita dai terpaaan angin ketika malam.
Suasanya Pos 3 Gunung Merbabu via Jalur Selo |
Tentunya hal ini akan membuat malam akan semakin panjang karena menggigil. Namun aku merasa kasihan dengan bucel dan askoboy jika tidak aku teruskan sampai dengan pos empat. Sabana satu.
Meskipun badan sudah letih dan juga lemas. Sedikit aku paksakan dengan menyisakan tenaga edikit lebih lama lagi untuk sampai ke pos empat sabana satu.
Demi bucel, demi askoboy.
MENUJU POS EMPAT (SABANA 1)
Letih menyerang dan lelah mengerang
Perjalanan menuju pos dua menuju pos tiga, nyaris tidak ada dokumentasi yang bisa aku ambil. Begitu juga dengan perjalanan menuju pos empat dari pos dua.
Fokusku pada saat itu adalah menggunakan sisa tenaga untuk melangkah satu demi satu untuk bisa sampai ke pos empat.
Badan susah lelah. Badan sudah mulai letih. Ditambah angin lembah yang bertiup sedikit kencang. DIngin cuy.
Jam empat sore. Sinar matahari sudah terhalang oleh bukit lokasi sabana satu. Disisi lain, tidak merasa kepanasakan saat perjalanan. Namun sisi lainnya, angin yang bertiup cukup dingin.
Oh.Saya lelah.
Ingat Umur
Hahaha. Sedih rasanya jika aku diingatkan umur ketika mendaki. Tanpa aku sadari, umurku hampir kepala tiga. Secepat itukan perjalanan ku sejak pertama kali aku mendaki gunung. Wkwkwwkw.
Bucel Tepar |
Dan itu begitu terasa saat pendakian kali ini. Tinggal beberapa ratus meter dari pos empat. Namun badan sudah sangat susah diajak kompromi. Rasanya, setiap lima langkah ingin berhenti. Menghimpun tenaga, menghimpun nafas.
Hahahaah. Ngakak juga kalau aku mengingatnya.
Belum ada Komentar untuk "PENDAKIAN GUNUNG MERBABU via JALUR SELO | Catatan Perjalanan Anbusenja"
Posting Komentar