MENDAKI GUNUNG ANDONG via JALUR SAWIT

MENDAKI GUNUNG ANDONG via JALUR SAWIT
bukan karena efek kamera. tapi memang luas tempat ini.

MENDAKI GUNUNG ANDONG VIA JALUR SAWIT

Gunung Andong, berada di Kota Magelang. Yang berada di tiga desa sekaligus yakni Desa Ngablak, Tlogorjo dan juga Grabang. Gunung ini, memiliki ketinggian 1463 mdpl. Walaupun tampak lebih rendah daripada gunung-gunung sekitarnya, tapi memiliki medan yang cukup menantang. Cilik-cilik cabe rawit cuy.

Sudah lama rencana ingin ke tempat yang satu ini. Mendaki gunung andong via jalur sawit.

Pun karena alasan jarak untuk kesini pun masih terjangkau bila menggunakan kendaraan bermotor. Tapi karena faktor mager tak beralasan akhirnya baru sekarang terlaksana. Hahaha

Meskipun sudah menjadi sebuah hobi, terkadang perasaan memeng mengingat capeknya mendaki gunung, pun menjadi aras-arasen. Kebayang capeknya. Terlebih karena sudah lama sekali tidak berlatih fisik [Jenis Latihan Fisik Dasar Sebelum Mendaki Gunung]





Biasanya Sih Hanya Wacana Saja

Namanya juga wacana, dimana-mana hanyalah tinggal wacana. Jarang sekali untuk bisa terlaksana. 

Begitu lah dilema seorang karyawan seperti saya, bila hal tersebut di terapkan ke dalam sebuah hobi yang dinamakan mendaki gunung. Hihihi
  • Punya Tenaga, Punya Waktu - Tapi Tidak Punya Uang (dimana hobi semacam ini sudah mulai aku lakukan sejak masih sekolah setingkat SMP)
  • Punya Tenaga, Punya Uang - Tapi Tidak Punya Waktu (Inilah faseku sekarang, ketika umur masih sangat muda, mempunyai pekerjaan dengan penghasilan tetap, namun waktu yang terus terkuras dengan agenda pekerjaan)
  • Punya Uang, Punya Waktu - Tapi Tenaga sudah Berkurang (Fase ini yang akan menyambutku kelak, Namun ingin sekali aku menyelamatkan masa ku sekarang, sehingga ketika mencapai fase ini, tiada rasa menyesal)


Nyari Kesempatan untuk Nyuri Waktu

Kalau aku sendiri menyebutnya, mumpung ada kesempatan. Hahaha

Rencana ke Gunung Andong ini sebenarnya di prakasai oleh Dwi. Teman main sekaligus mantan kawan sekantor.

Kala itu, ia sedang menjomblo karena ditinggal bini nya pulang ke kampung disalah satu kota besar di Jatim. Dan sepertinya Dwi tidak ingin kesempatan emas ini dilewatkan begitu saja.

Ketika aku selesai yang menguras tandon miliknya. Yang aku rasa, sebenarnya alibi dia nya untuk mengajakku berkelana entak kemana. Hahaha

Yaah, aku sendiri bisa memahami kok. 



Keputusan TIP-TOP an

Rencana pendakian gunung andong kali ini adalah memakai metode tip-top an. Yakni sekali menanjak langsung turun.

Pertimbangan tersebut kami ambil mengingat waktu untuk kesana begitu singkat. Tidak cukup jika kami harus memasang tenda disana. Jadi kami akan menyingkat waktu dengan metode tersebut.

Kebetulan tanggal merah yang bertepatan dengan libur pemilihan kepada daerah. 

Sebenarnya bukan kebetulan sih. Kami hanya nyuri kesampatan untuk nyuri waktu. Hehehehe. Dan karena kami, semua personel merupakan anak perantauan, sepertinya juga sangat disayangkan bila dilewatkan kesempatan seperti ini. Hehehe

Peralatan

Selain itu, kami adalah para karyawan. Dan ditambah, Gunung Andong memiliki ketinggian yang masih bisa dijangkau untuk mencapai puncak dalam hitungan jam.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka mendaki gunung dengan teknik tip-top adalah yang paling sesuai dengan keadaan kami pada saat itu.

Maka Dari itu, peralatannya yang dibawa pun juga tidak seribet dan sebanyan saat mendaki gunung tinggi lainnya. Ini adalah peralatan yang kami bawa pada saat mendaki gunung andong ini, dengan menggunakan metode tip-top an.

Yakni :
  1. Headlamp (sekaligus baterai cadangan)
  2. Sepatu Gunung (tanpa kaos kaki cadangan)
  3. Topi (Rimba)
  4. Ponco (Mantel Betmen)
  5. Matras
  6. Jaket
  7. Kamera
Kesemuanya, bisa aku masukan kedalam daypack ku yang berukuran 45L. [ Daftar Peralatan Mendaki Gunung

Perjalanan Jogja - Basecamp Andong

Untuk efisiensinya sih, kami sepakat untuk berkumpul di kantor sebagai Meeting Point kami. Setelah sudah pada kumpul, dan mengecek masing-masing barang bawaannya, lalu kami pun langsung berangkat menuju basecamp Sawit.


Pukul 00.30 kami mulai berangkat dari Kantor. Kala itu, pak dosen yang menjadi leader kami. Karena hanya dia yang pernah mendaki ke gunung andong. Ceritanya, kami kalah start.



Bukan tanpa alasan. Berangkat sepagi, karena sangat berharap bisa mendapat sunrise disana. Acuan kami, tentunya berdasarkan pengalaman orang-orang yang pernah kesana. Yang selain men-share pengalamanya tentang estimasi perjalanan, pun tentang trek atau jalur yang akan kami lalui.



meskipun disitu ada Pak Dosen, yang notabenya telah mendahului kami. Kami juga membutuh pertimbangan  lain, untuk memantabkan niat.Hahaha

PENDAKIAN GUNUNG ANDONG via JALUR BASECAMP SAWIT | catper
rute : 00:30 - 02:30

Estimasi perjalanan kami dari Jogja menuju Basecamp, adalah 2 jam perjalanan. Itu dengan menggunakan kendaraan bermotor.


Lebih Dingin Dari Yang Kukira

Sepertinya aku menyepelakan Gunung Andong yang tampak mudah untuk sampai sana. Ternyata aku salah. Yang kurasakan, ternyatalah disana lebih dingin dari yang kukira.

Bahkan, udara dingin inipun belum sampai ke Basecamp. Masih dalam area kota Magelang.

Mungkin karena gerimis, yang mempengaruhi udara disana menjadi lebih dingin. Ditambah dengan badan yang letih karena seharian berkerja. Sempat beberapa kali terkantuk-kantuk di tengah perjalanan. Di atas motor. Aku di bonceng sama Pak Dosen.


Selain karena gerimis, juga karena rasa capek ku setelah seharian kerja. Sempat beberapa detik terlelap ketika diboncengin Pak Dosen. Rasa kantuk waktu itu benar-benar tak bisa ditahan. Ngantuuuuuuk banget.

Jadi, jika kalian ingin melakukan perjalanan jauh memakai kendaraaan, pertimbangkan jugga kondisi fisik kalian. Ini adalah kelalaian ku dari persiapan ku sebelumnya.


Dengan segala upaya agar sadar dari buaian angin malam, akhirnya pun kami tiba di basecamp dengan selamat. Walaupun akhirnya kena omel juga sama Bembi dan Dwi yang tertinggal jauh di belakang karena akunya, nggak mencegah pak dosen yang terus tancap gas tanpa ampun, Bembi dan Dwi memang masih awam dengan jalan, ditambah gerimis, malam-malam, di tanah asing pula... jadi... ya wajar aja kalo ngedumel ke kami. [ Hal Menyebalkan Saat Mendaki Gunung ]




Ketiduran karena dengkuran kucing. Pur

jam 02:30
Sampai di basecamp, Hal pertama yang kami lakukan adalah Membayar retribusi masuk dengan harga per orangnya Rp.13.000,- (hemm.. 😏 relatif).

Kemudian mencari tempat ngopi sekedang untuk menghangat badan yang sedang kegigilan. Ketika yang lain siap-siap, aku nyolong-nyolong waktu buat sekedar memejamkan mata. bodo amat.... hhhaaa 😜


jam 03:40
Bangun-bangun ada kucing di belakangku... hhaaa.... Auto magerkan guweh.  😂.

Tapi, karena nggak enak sama yang lain, dengan amat~sangat~terpaksa~sekali, dengan berat hati aku usir kucing kampung yang tampan itu untuk segera bergegas persiapan. 

Kuganti sendal dengan sepatu, ku masukan sarung, dan ku keluarkan headlamp. Setelah dirasa semua siap dan tak ada yang tertinggal, kami pun berangkat.

Trekking menuju Puncak Gunung Andong

Trek pertama adalah jalan kampung yang dicor, sebagai salah satu akses penduduk untuk menuju ke ladang mereka.

Pak Dosen berada didepan sebagai guide kami, karena memang dia yang sebelumnya udah pernah naik. Kami bertiga bak pengikut yang sama sekali tak menghiraukan instruksinya... hhahaahha....

Sampai kami ketemu gerbang masuk Gunung Andong. 


PENDAKIAN GUNUNG ANDONG via JALUR BASECAMP SAWIT
pas udah balik
Karena pendakian kami kala itu bukan weekend, jadi sangat jarang kami temui pendaki lain yang berpapasan di trek pendakian saat berangkat (apalagi yang turun).

Seingatku, hanya dua rombongan yang kami temui. Yakni pas di basecamp saja yang berpasan dengan kami di atas pos dua.

Ngakunya mereka juga dari Jogja. Berencana mau ngecamp diatas, namun karena hujan dan membawa seorang pemula, dan mengantisipai hal yang tak diinginkan jadi mereka lebih suka menunggu ujannya reda (keputusan bijak). [ Ketika Mengajak Pendaki Pemula ]

Setelah gerbang masuk. Trek selanjutnya yang kami temui adalah tanah lempung yang lembek. Karena sesaat sebelum kedatangan kami di basecamp, area ini diguyur hujan yang cukup deras.

Sangat disarankan untuk tetap konsentrasi (begitu juga untuk pendakian dimalam hari, yang cerah sekalipun), selain licin karena tanahnya berupa lempung, suasana juga gelap. ditambah jarak pandang sedikit terbatas karena kabut tebal disertai gerimis sedang.

Setelah melewati trek tanah berlempung, dengan pohon-pohon pinus yang melindungi kami dari terpaan angin malam yang dingin. Trek selanjutnya adalah trek jalan setapak yang sebelah kiri kami adalah jurang yang cukup dalam. Saking dalamnya sampai kagak keliatan dasarnya. (iyalah, kan gelap,, hhee)


pukul 04:30
Kami istirahat sejenak di deket pancuran air. Kami ambil air wudlu untuk sholat shubuh setelah sampai atas, yang katanya pak dosen, puncaknya udah deket, dan tak memungkinkan bila sholat di jalan. Karena untuk berpapasan aja kesulitan sebab sisi satunya, berhadapan langsung dengan jurang yang sangat dalam.

Karena kami disini lebih pemula dari pak dosen. Okelah kita nurut apa kata Senpai. 😪


pukul 05:30
Kami sudah sampai di persimpangan, yang mana bila ambil ke kiri akan menuju ke makam (katanya pak dosen) dan bila ambil ke kanan menuju puncak. Kami ambil kekiri untuk mencari tempat yang lebih rata, untuk kami gunakan buat sholat.


pukul 06:00
Kami sudah sampai di Camp Area, tempat yang sering digunakan pendaki untuk menggelar tenda mereka. Kira-kira lebih dari 20 tenda, bisa tertampung disini. Namun cukup berbahaya menurut ane, karena area tersebut enggak ada tumbuhan yang bisa digunakan untuk menahan angin.


PENDAKIAN GUNUNG ANDONG via JALUR BASECAMP SAWIT
bukan karena efek kamera. tapi memang luas tempat ini.

Sangat berbahaya bila badai datang secara tiba-tiba, dengan kondisi tenda serta pasaknya tak terpasang dengan baik. Seperti yang aku lihat waktu itu disepanjang jalan dimana tenda-tenda yang didirikan yang terkesan asal-asal an. Ada yang stik tendanya patah, ada yang tendanya berdiri tanpa pasak yang menancap ditanah, dll. 😔

Karena sewaktu kami sampai diatas, angin nya cukup kencang, jadi kami mlipir, memilih berlindung di salah satu warung yang ada dipuncak. Sembari menunggu angin nya biar sedikit lebih tenang, kami pesen beberapa makanan hangat.

Aku sendiri sepertinya masih belum puas tidur di basecamp/ Pun mulai menarik SB dan tiduuuuuur,,,    😫

PENDAKIAN GUNUNG ANDONG via JALUR BASECAMP SAWIT
Model : Dwi

Kebelet PUP

06.30
30 menit berlalu, dan anginnya tak kunjung reda, ditambah Guide kami - pak dosen sedang kebelet pup. 😪

Bagi pak dosen mungkin masih awam, mungkin tak akan pernah mengerti betapa nikmatnya menyalurkan hajat di gunung.

Yaa,  tentunya dengan etika yang berlaku disana. Karena keawaman tersebut, ia pun lebih memilih untuk menahannya dan pup di bawah (kalo ane mah, kagak nahaaaaaaan)... hhaa...

Sejujurnya, selain menyiksa diri sendiri, yang seperti itu juga sangat membuat tidak enak rekan perjalanannya. Ia lebih memilih turun dari pada pup ditempat yang sudah di rekomendasi oleh pemilik warung yang mungkin ada beberapa alasan yang bisa di ambil.

Karena mungkin ketidak-biasaan itulah juga faktor pak dosen memilih keputusan itu. Aku  seh nggak tanya, cuma mengasumsikan aja (kurang kerjaan banget nanya yang gituan 😪)

Dengan kerendahan hati nya (enggak tahu tingkat kebeletnya sudah sampai level berapa itu 😂) akhirnya pak dosen memilih untuk mengantarkan kami sampai ke puncak. 

Setelah selesai mengantar kan kami kepada dua puncaknya, dan selesai foto-foto di puncaknya, pak dosen memilih untuk turun duluan (mungkin waktu turun dia pake perseneling 10 kali ya 😂)

PENDAKIAN GUNUNG ANDONG via JALUR BASECAMP SAWIT
PUNCAK ANDONG , 1726mdpl
Memang tak banyak yang kami lakukan di puncak. Foto pun juga cuman ala kadarnya, selain kabut disertai angin yang sangat tidak baik jika kami berlama-lama dipuncak, juga karena tak enak sama pak dosen yang sudah turun duluan karena kebeletnya... hhaa ..

Dengkul nya Bembi Meronta

Perjalanan turunnya, kami lebih memilih santai. Bukan bermaksud tak menghargai pak dosen. Disini pun si bembi juga mulai mengeluh kakinya sakit. Jadi kami lebih menikmati waktu perjalanan turunnya karena si Bembi,

Si Bembi ini pun ternyata, juga mengaku merasa kebelet sejak di atas, tapi tingkat kebelet nya masih di bawahnya pak dosen yang di bela-belain turun hanya karena pengen bok*r di basecamp.

Dan lucunya lagi, sebenarnya aku juga merasa kebelet sesaat setelah meninggalkan warung tempat kami berteduh.

Dan itu dirasakan kami bertiga (ane, bembi pak dosen) yang sama-sama pakai celana pendek.

Ngaruh nggak seeh sebenarnya.. hhaaa... 😃😂

Bahkan aku sempet kepikiran buat pup di bawah puncak. Bukannya tak tahu malu, tapi karena kabutya yang sangat tebal. Bahkan jarak pandangnya bisa kalian definisikan melalui foto diatas. Jadi sangat memungkinkan kan, pup tanpa ketahuan.. hehehe.... tapi ane urung kan niat itu karena alasan lain. 😁

PENDAKIAN GUNUNG ANDONG via JALUR BASECAMP SAWIT

Tak lupa, kami dokumentasikan perjalanan turun kami yang terpaksa tanpa pak dosen. Menurut pendapat pribadi, aku sangat suka dengan  trek ini.

Terlebih saat kabut seperti ini. Meskipun tak mendapat view panorama yang sudah bergentayangan di berbagai media sosial, seperti keindahan saat kunjungan ane ke atap Jawa Tengah beberapa waktu lalu yang bikin ane ketagihan, cukup dengan keindahan seperti ini pun sudah  membuatku bersyukur bisa berkunjung ke sini. 

Jam 10:20
Kami sudah sampai di Gerbang. Kami habiskan waktu kami disini. Bahkan waktu kami disini lebih lama ketimbang pas lagi dipuncak. Karena memang sudah capek tak tidur seharian (kecuali aku yang suka nyolong buat tidur, hehe) juga karena matahari bersinar dengan terangnya. Anget euy....

Namun pas ane balik memandang ke arah puncaknya Andong, tampak disana kabut yang masih menggelayut disekitar puncak. Seolah enggan meninggalkan puncaknya meski di bawahnya sama sekali tak ada kabut yang menutupinya. Aneh...

PENDAKIAN GUNUNG ANDONG via JALUR BASECAMP SAWIT
tampak kabut masih menutupi puncaknya.
Setelah puas poto diri sendiri alias selfie, kami beranjak balik ke basecamp. Buang hajat yang tertunda, makan pagi, kemudain segera balik ke Jogja. Karena saat itu, entah Bembi atau Pak Dosen, sama-sama mendapat jatah Shift pagi malam.


=======***=======
SELESAI
=======***=======

[ biaya ] yang ane keluarin untuk trip ini ;
Rp.13.000 = Biaya retribusi sekaligus parkir
Rp.6.000 = Makan Mie rebus (bonus mendoan) pas di atas
Rp.4.000 = Stiker
Rp.8.000 = Makan pagi pas di Basecamp

[ peralatan ] yang ane bawa;


[ catatan ] kecil buat ane ;
Tissue tak dibawa
Pisau terlupakan
Kompaspun tertinggal

Baca Juga :
  1. Fungsi Lonceng Dalam Mendaki Gunung
  2. Mengenal Gejala Hipoksia
anbusenja Seorang karyawan yang menyukai kegiatan menulis dengan tulisan garing.

Belum ada Komentar untuk "MENDAKI GUNUNG ANDONG via JALUR SAWIT"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel